Minggu, 07 Oktober 2012

Payung yang Telah Tergantikan



Betapa terlihat berkaitannya antara aku dan kamu. Kamu ada, maka aku pun ada. Tak tahu entah yang mana dulu yang tercipta, tetapi dunia memperlihatkan pada kita akan semua yang telah tercipta indah. Sejak dahulu kala, orang-orang di sekitar kita melihat kita berdua sebagai sepasang kekasih. Dua sejoli yang tak pernah letih untuk berdua setiap waktu. Tak peduli cuaca berganti, engkau dan aku akan selalu diingat oleh orang-orang disekitar kita. Memori mereka akan aktif ketika mendengar namamu dan namaku diucap secara bergantian.
Entah benar atau tidak, ketika engkau hanya datang sendirian, orang-orang pasti akan menanyakanku. Tak perlu engkau pungkiri itu, karena aku pun merasa demikian. Aku telah berusaha mencurahkan waktu dan tenagaku untuk sejenak melupakanmu, untuk sejenak memikirkan hal lain yang mungkin lebih indah. Tetapi apa daya, niat diri meninggalkanmu tapi hati tak mau beranjak sedikitpun darimu. Sesakit apapun itu, kisah antara aku dan engkau tetap selalu ada didalam setiap orang yang mengenal kita. Ini bukanlah sebuah pelampiasan kesal semata, akan tetapi jeritan luka karena rasa yang engkau biarkan begitu saja.
Ingatkah engkau? Ketika kita berjalan bersama di pagi hari atau di siang hari, atau di sore hari, atau kala itu di malam hari? Bertemunya kita tak pernah melihat waktu yang berlalu begitu saja. Bertemunya kita tak pernah mendengar berkata apa orang-orang disana. Bertemunya kita adalah suatu rezeki dari Allah SWT dimana bertemunya kita menyenangkan hati sebagian orang, dan mungkin mengecewakan hati yang lainnya. Tapi kita tak punya kuasa, kita hanya mengalir bersama dengan takdir yang telah digoreskan oleh Sang Pencipta.
Entah kenapa aku merasa jikalau kini aku sudah merasa renta. 4 bulan sudah kita tak dipertemukan untuk sekedar bertegur sapa. 4 bulan sudah kita melalui hari-hari ini dengan warna yang berbeda. Tiba kalanya kita dipertemukan pada suatu malam yang tak terkira. Engkau, aku, dan sedikit memori-memori masa lalu. Engkau mungkin lupa, dan malam itu engakau coba mengingat-ingat memori kita. Memori yang indah untukku, tapi mungkin hanya mengganggu bagimu. Sedikit indah pada dirimu seakan membasahi jiwa yang telah kekeringan sedari 4 bulan lalu.
2 minggu telah berlalu dari malam tempat kita bertemu. Engkau kembali menghilang dengan rasa cuek yang entah kenapa aku sangat menyukainya. Semua hal kecil yang ada padamu layaknya menjadi daya pikat tersendiri untuk selalu memikirkanmu. Berharap Tuhan membawamu dengan apa adanya dirimu kehadapanku. Harapan yang aku pinta dapat terwujud sebelum bergantinya musim ini. Sungguh aku tak ingin menyadari hilangnya hilangnya dirimu yang begitu cepat. Aku takut engkau meninggalkanku dengan petunjuk yang justru membuatku bingung. Aku pun takut jikalau engkau menganggap bahwa petunjuk itu akan membantu untuk menemukanmu. Tapi engkau tidak pernah menganggap bahwa dengan bimbingan serta berpegang pada tanganmu, aku akan lekas menemukan jalan menuju tempat di hatimu.
Kadang aku bertanya, kenapa semua harus begitu terlambat? Kenapa semuanya harus penuh dengan penyesalan dariku? Mungkin Tuhan hendak menunjukkan padamu atau mungkin padaku tentang indahnya arti kita berdua, akan tetapi kita terlalu menjaga gengsi untuk bertemu meski hanya dalam intensitas yang kecil. Mungkin aku belum bisa memahami bagaimana cara yang tepat untuk menunjukkan maksud hati, akan tetapi engkau sudah terlanjur berlari menuju sesuatu yang lebih menarik lagi. Jarak antara kita memang tidak terlalu jauh, tapi rasa yang menjembatani hati kita kini telah runtuh dan entah kapan bisa mendapatkan perbaikan dari sang Pencipta.
Tapi kini, aku hanya bisa menulis kisah indah antara kita dan semua yang ada. Selanjutnya, aku biaran Tuhan menghapus bagian yang biasa saja dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik lagi. Bagaimanapun juga, aku hanya sebuah “payung” yang memiliki waktu untuk purna. Sedangkan engkau, “hujan” yang akan turun kapanpun engkau mendapat kesempatan untuk turun. Engkau bisa saja sibuk membasahi jiwa “payung-payung” lain yang berada dekat denganmu, tapi bagaimanapun juga aku tetap menunggu kedatanganmu di tempat yang engkau pun sudah tahu itu. Sampai saat ini, sudah berkali-kali aku mengirim pesan kepada “hujan”, tapi Tuhan berkata bahwa ini belum saatnya, dan aku harus menunggu untuk waktu yang belum tentu. 

Translate