Rabu, 24 September 2014

Backsong of the Day!

Wanna Let It Go!

Entah suatu kebetulan atau pikiran yang mengendalikan,
Hari ini saat semua ketakutan menjadi cambuk tersendiri!
Saat entah terjadi atau musik yang menginpirasi #halah


Told to be the good girl and never let them know what I feel
But can't hold it anymore,
the fears that never been controlled me now can get to me at all
When you say to me not to cry,
Now please let me cry, dancing and singing loud

If you wanna take them all, please give me one more night to let it go sincerely. :)

Kado Ulang Tahun: Shio Monyet :P







Selasa, 23 September 2014

semangkuk mie ayam

aku masih tetap saja begini Pak, Bu,
masih tetap anakmu yang manja dan pemalas
yang selalu merengek minta digendong Bapak,
dan baru mau makan kalau disuapin Ibu.
Seorang kakak dari 2 adik yang selalu merasa bungsu!

Di dalam semangkuk mie ayam,
yang berisi kuah pengorbanan,
dan bumbu perjuangan orang tua untuk anaknya,
Tiba-tiba terasa aroma mie ayam,
yang sering ku makan dari suapan bapak-ibu,
Mungkin lezatnya ada pada senyuman itu,
yang merekah indah saat engkau melihatku
Kini saat ku makan mie ayam,
rasanya ada sesuatu yang mengetuk ruang rindu,
Aku ingin memeluk kalian :")

Senin, 22 September 2014

Di Pojok Ruang Rindu


Aku masih terharu,
Terpukau kaku menatap langit biru sore itu,
Dia tersenyum,
sementara aku leleh dalam tangisan haru

Belai tangan-Nya begitu sering menyentuhku,
Pelukan-Nya pun terasa hangat menaungiku
Dia memberi tanpa pernah berharap kembali
Jika kasih ibu terasa sepanjang masa,
maka kasih-Nya kekal dunia akhirat tanpa berbatas.

Aku hanya salah satu hamba-Nya,
tapi diperlakukan-Nya aku bak kekasih seutuhnya
dialirkan-Nya sungai kebahagiaan pada tiap langkahku.

Bisikan cinta-Nya begitu dalam menyentuh hati,
Laksana kumandang adzan yang ku dengar sambil memejam.
Dia begitu berarti,
alasan mengapa aku hidup dan mati.

Malam itu Dia utus bulan,
supaya jadi penerang dan teman bersemayam,
Tadi malam pun Dia tampakkan bintang,
agar mampu menghapus luka di pojok ruang rindu,
dan pagi ini Dia kirimkan mentari,
yang membuat hidupku terasa begitu berarti.

Ya Rabb, Penguasa alam semesta,
izinkan aku berterima kasih kepada malaikat,
yang menyampaikan setiap pesan-Mu kepadaku,
izinkan pula aku berterima kasih kepada Rasul-Mu,
yang memberikan pengetahuan nikmat Iman dan Islam,
pun aku berharap Engkau masih mengizinkan aku,
untuk berterima kasih pada orang-orang yang membawa cinta,
aku tahu ini semua titipan dari-Mu untukku,
Ridhoilah aku agar senantiasa mencintai-Mu,
tetapkanlah hatiku pada calon imam yang nantinya membawaku lurus ke jalan-Mu
dan rahmatilah kami dalam kehidupan dunia dan akhirat

Sabtu, 20 September 2014

Duka...

Mata terpejam, melarutkan setiap duka dalam pikiran yang tertimbun dalam.
Aku masih memejam, berharap setiap luka tak terbuka terlalu lama.
Diriku telah jatuh, dalam harapan yang tak sedikitpun ku beri batas.
"Berharap kalian mengerti aku, memahami sejenak isi pikiran dan perasaanku".
Ku harap sedih tak berujung ini pun dapat kalian mengerti.

Andai aku bisa, ingin ku tulis semua suka dan duka,
dalam surat-surat yang ku terbangkan ke langit atau ke laut lepas.
Tapi ku pilih untuk menyimpannya, dalam diam dan heningnya suasana.
Bukankah kalian tahu makna dari suatu rahasia, yang seharusnya tak perlu dijadikan lelucon dan jimat untuk membuat diriku mengalah?

Aku memilih bercerita pada kawan, sekedar membuka obrolan atau meluruh lara dalam sungai ketentraman yang ada.
Tapi mengapa, justru lara itu bergerak kembali ke arahku.
Memburuku dengan kecewa dan duka.
Tak mampukah engkau mengerti aku, dan segenap  pengharapanku.
Ataukah kini aku menerbangkan bumerang, yang justru dilempar.kembali dan kini menghantamku.


Pohon Harapku


Telah gugur dedaunan pohonku,
Terhempas angin terjatuh rendah ke dasar tanah

Sempat ku bertanya lirih padamu,
Akankah benar mampu kau simpan surat cinta itu,
Kau berbisik, ”Aku senang jika kau titipkan itu padaku”
Bukankah itu janjimu?
Atau hanya sekedar menyakinkanku?

Benarkah aku hanya pilihan?
Sementara dulu susah payah kau tanam
Dulu aku pun tahu,
Ada pohon lain yang lebih kuat daripada aku
Tapi aku bertahan untuk menaungimu

Kini tak apa jika kau tumbangkan pula batang pohonku,
Tak perlu pula kau siram air sampai menyentuh akarku
Gugurnya daun, tumbangnya batang, serta keringnya akar,
Sudah cukup mematikan harapan


Bersama panasnya udara Depok,
20 September 2014

Translate