Minggu, 04 Maret 2012

Ketika Kebimbangan Itu Menjadi Alasan

 

Di sudut kamar berukuran tiga meter persegi itu, aku diam tertahan. Mengingat kembali apa yang telah terjadi beberapa hari belakangan ini. Sepuluh menit telah berlalu, dan aku masih saja belum tahu apa yang kini menimpaku. Duduk terdiam di sudut kamar yang selalu menemaniku, adalah hal yang membuatku kembali menjadi diriku yang apa adanya. Aku masih diam tertahan, ketika muncul hasrat untuk melihat keluar jendela kamarku. Rintik air hujan yang masih terus menetes kini hampir saja berakhir. 
"Aku pasti bisa" kataku dalam hati. Berharap jika aku menjadi air yang akan hilang setelah meresap kedalam tanah..
Aku masih terdiam hening dalam pemikiran yang tak ku mengerti asal muasalnya. Aku merasa ada hal lain yang bertanggung jawab atas kegelisahanku saat ini, tetapi sebaliknya, hal tersebut selalu berpikir dengan jalan yang berbeda. Kami selalu bergerak beriringan tapi dengan tujuan yang tak sedikitpun sama. Lantas bagaimana kami bisa bertemu di satu titik? Kini aku merasa bahwa ini adalah jalan buntu yang harus memisahkan kami. Tak peduli sekeras apa kami mencoba menghancurkan rintangan itu, kami akan berpisah kembali.
Melihat sekilas kilau sinar dari sebuah ponsel. Meraba tombol pembuka kunci untuk tahu apa yang sedang terjadi. Harap cemas yang sedari tadi menghampiri kini seakan telah menguatkan otot-otot mataku untuk segera membaca pesan yang baru saja masuk.
"Aku masih ada urusan" tulis seseorang di belahan bumi yang lain.
Hujan yang telah menghilang kini diteruskan oleh tetesan air mata yang sedari tadi tertahan. Pesan yang sekiranya dapat menghilangkan penat selama berhari-hari ternyata justru menjadi duri yang menambah luka hati.
"Oh begitu ya :) " Balasku. Biarlah aku menjadi orang munafik yang menggunakan emoticon tersenyum sementara saat ini aku sedang menangis haru. Sejenak aku menghela nafas, berharap tubuhku kembali menampilkan kondisi yang normal. 
Adzan Dzuhur mengakhiri semuanya. Kembali aku timbun rasa harap yang dalam ini dalam suatu tempat di sudut hati ini. Suatu kisah yang belum pernah aku maknai dengan sebuah pengungkapan tulus dari lubuk hati yang telah terberi.

Kohesivitas Kelompok


Kohesivitas kelompok adalah semua faktor yang menyebabkan anggota kelompok tetap berada dalam kelompok tersebut (Baron et al., 2009). Hal ini serupa dengan Halida (2009) yang mengemukakan bahwa kohesivitas adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok sehingga dapat membuat anggota kelompok tersebut tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok. Dari definisi-definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kohesivitas kelompok adalah semua faktor yang menjadi latar belakang dimana anggota kelompok merasa memiliki keterikatan dengan kelompok tersebut dan membuatnya tetap berada di dalam kelompok tersebut.
Kohesivitas merupakan suatu hal yang penting bagi kelompok karena kohesivitas dapat menjadi sebuah alat pemersatu anggota kelompok agar dapat terbentuknya sebuah kelompok yang efektif. Halida (2009) mengemukakan bahwa tingginya kohesivitas kelompok sangat berhubungan dengan konformitas anggota terhadap norma kelompok dan persamaan-persamaan yang nantinya akan meningkatkan komunikasi di dalam kelompok. Kohesivitas kelompok juga dapat mempengaruhi performa individu didalam suatu kelompok yang berdampak terhadap kemampuan masing-masing  individu untuk menampilkan hasil pekerjaannya di dalam kelompok (Dunbar, 1981; LangFred & Shanley, 1997). Ketika ada kohesivitas di dalam suatu kelompok, anggota kelompok akan menerima lebih banyak pengetahuan dengan adanya anggota kelompok lain yang berada di dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain, anggota kelompok akan memungkinkan untuk saling bertukar informasi tentang segala hal yang mereka ketahui kepada anggota kelompok yang memang memiliki latar belakang yang sama. Man dan Lam (2003) mengatakan bahwa kohesivitas kelompok merupakan suatu representasi dari variabel sosial-psikologis yang ditampilkan suatu kelompok. Singkat kata, kohesivitas merupakan kebersamaan anggota dengan adanya intuisi yang mudah dimengerti. Sebagai contoh, ada pepatah dari Jawa yang mengatakan “Mangan ora mangan sing penting kumpul” yang artinya makan tidak makan yang penting kumpul. Hal ini dapat diartikan sebagai suatu konsep dimana anggota kelompok tersebut memiliki ikatan secara psikologis terhadap kelompok tersebut sehingga ia tetap berada dalam kelompok tersebut.
Dalam suatu organisasi, baik profit maupun non profit, kohesivitas kelompok dapat dijadikan suatu kelebihan dimana anggota kelompok tersebut memiliki suatu rasa kepemilikan terhadap organisasinya sehingga dapat memunculkan motivasi yang besar untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal atas pekerjaan yang dipercayakan padanya.

Jumat, 02 Maret 2012

Menjemput Senyuman di Batas Negeri (Essay K2N UI)


Globalisasi adalah jalan menuju peradaban yang lebih baik lagi. Tantangan akan munculnya generasi canggih dan tanggap teknologi telah terjadi pada tahun-tahun terakhir ini. Perubahan dan perbaikan di berbagai sektor kehidupan menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah yang ingin terlihat tanggap pada globalisasi.  Suatu hal yang ironis sekali, ketika Jakarta disibukkan dengan pemilihan kepala daerah dan peluncuran gadget-gadget baru, pelosok negeri terus berduka dengan munculnya permasalahan-permasalahan krusial di negeri ini. Sebagai mahasiswa, ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita anggap saudara, mungkin adalah kebutuhan tersier bagi masyarakat yang tinggal di pedalaman negeri ini. Mereka mungkin saja memiliki masalah pada kebutuhan primer, sehingga tidak memiliki fokus perhatian pada munculnya globalisasi yang semakin memunculkan banyak tantangan.
Belum selesai dengan masalah globalisasi dan kebutuhan, masyarakat di pelosok Indonesia, khususnya di daerah perbatasan, mungkin juga pernah mengalami krisis kepercayaan kepada pemerintah di negeri ini.  Pembangunan sarana dan prasarana vital, seperti jalan, semakin susah untuk diusahakan. Godaan akan munculnya klaim-klaim Negara tetangga atas kepemilikan suatu pulau telah jelas terdengar. Sebagai generasi muda tempat Indonesia menaruh harap, kita tidak sepatutnya menutup mata dan telinga kita dari isu-isu permasalahan seperti itu. Sebagai sivitas academika UI yang notabene dikenal sebagai kampus perjuangan, adalah kewajiban kita untuk menjunjung tinggi tri darma perguruan tinggi dimana salah satunya yaitu pengabdian kepada masyarakat.
Melalui kuliah kerja nyata (K2N) UI 2012 dimana tema yang diangkat adalah “Menghalau batas Negeri, menjangkau keterasingan, menuju percepatan pembangunan”, saya ingin turut bergabung bersama jiwa-jiwa muda yang peduli pada bangsa ini. Isu-isu serta permasalahan yang saya sebutkan di atas, bukan hanya sekedar permasalahan sepele yang mungkin akan hilang dengan sendirinya. Permasalahan-permasalahan seperti klaim-klaim Negara pada wilayah terasing Indonesia akan selalu ada dan sangat mengancam persatuan dan kesatuan. Jika kita tidak peduli pada daerah-daerah terpencil di Indonesia, mungkin saja akan terjadi banyak konflik akan munculnya daerah-daerah yang ingin membentuk Negara sendiri atau bahkan menjadi bagian Negara lain.
Selama ini, kita, warga Negara Indonesia hanya menjadi pihak yang responsif terhadap masalah yang menyeruak ke permukaan. Lihat saja seperti terjadi pada kasus Sipadan dan Ligitan dimana akhirnya Mahkamah International memberikan kedaulatan kedua pulau tersebut kepada Malaysia. Belum cukup dengan masalah tersebut, virus yang menggerogoti keutuhan NKRI juga muncul ketika Timor Timur melakukan aksi untuk menjadi suatu Negara tersendiri yang lepas dari Indonesia sehingga kini menjadi Timor Leste. Pulau Jemur yang berada di Riau juga sempat di klaim dalam suatu situs pariwisata Malaysia. Bukan hanya klaim masalah wilayah saja, klaim terhadap budaya Indonesia pun sempat menjadi perseteruan antar petinggi-petinggi pemerintahan di Negara ini. Untungnya Indonesia cepat tanggap dengan masalah ini sehingga UNESCO mematenkan batik Indonesia. Permasalahan ini akan terus terjadi ketika kita sebagai warga Negara yang sadar akan pentingnya persatuan dan kesatuan, tidak mencurahkan rasa peduli kita pada etnis dan wilayah yang menjadi bagian Indonesia. 

Biru Muda di Kuncup Makara



Dari Jalan kampung ke jalan DKI
Mengarungi samudera ilmu di Psikologi
Kampus biru muda penyegar jiwa

Tempat altruisme tumbuh dan berkembang

Wahai pemuda,dengarkan lah
Harmoni cinta kami bagi Psikologi UI tercinta

Kami peduli, meski sangat sederhana
Bagai air yang menyiram bunga
Agar bunga tak layu bahkan tak bernyawa

Kami peduli, meski sangat sederhana
Menghibur jiwa yang terluka
Meski mungkin aku juga sama

Kita seperti awan,
Yang mungkin akan tersapu angin kebahagiaan
Kita laksana pantai,
Tenang ketika ombak kehidupan tak datang

Kita bukan dukun yang memberi mantra,
Bukan juga pujangga yang memberi cinta

Tapi aku tahu kamu merasa
Kehadiranku membawa bahagia

Translate