Kamis, 24 Mei 2012

Melihat Adler dengan Kacamata Saya


Alfred Adler, salah satu tokoh psikodinamika yang mencetuskan Individual Psychology. Alfred Adler percaya bahwa interpretasi seseorang terhadap pengalaman hidupnya jauh lebih penting daripada pengalaman itu sendiri (Feist & Feist, 2009). Menurut saya, interpretasi/pemaknaan kita terhadap suatu hal adalah kunci pengetahuan yang dapat kita petik dari pengalaman. Tanpa adanya pemaknaan terhadap suatu pengalaman yang terjadi dalam hidup kita, maka kita hanya akan menjadikan pengalaman itu sebagai angin lalu tanpa mendapatkan insight yang berguna bagi diri kita dimasa yang akan datang.

Berbicara tentang interpretasi/pemaknaan terhadap pengalaman hidup, saya percaya bahwa masing-masing orang memiliki pengalaman yang berbeda dan hal tersebut akan menentukan interpretasi yang berbeda pula pada pengalaman hidupnya. Dalam aliran psikodinamika, hanya Adler yang menjunjung tinggi keunikan seseorang. Dari empat aliran kepribadian itu sendiri, hanya terdapat empat tokoh yang menjunjung tinggi keunikan seseorang yaitu: Alfred Adler, Albert Bandura, Burrhus Frederic Skinner, dan Carl Ransom Roger. Tiga dari empat tokoh tersebut merupakan tokoh-tokoh yang pro dan kontra dalam menanggapi konsep ketidaksadaran. Hanya Alfred Adler saja yang mengambil jalan tengah dengan menyeimbangkan antara konsep ketidaksadaran dan konsep kesadaran.

Hal lain dari Alfred Adler yang menarik bagi saya adalah konsep susunan keluarga (family constellation) yang ia kemukakan sebagai aplikasi dari individual psychology. Sebagai tokoh yang menganggap bahwa lingkungan sosial turut berperan dalam pembentukan kepribadian, Adler cukup optimis dalam melihat pengaruh keluarga terhadap kepribadian seseorang. Menurut Feist & Feist (2009), aplikasi tentang urutan kelahiran dalam family constellation yang dicetuskan Adler telah memenuhi prasyarat “teori yang berguna” dengan adanya kemampuan untuk digeneralisasikan pada penelitian lain.

Dalam memandang manusia, tidak seperti tokoh lain di Freud’s Inner Circle, Adler lebih menekankan pada kebebasan manusia dalam memilih untuk berperilaku seperti apa yang ia inginkan (Feist & Feist, 2009). Dengan kata lain, manusia memiliki kontrol terhadap dirinya sehingga manusia memiliki hak untuk menentukan arah kehidupannya. Disini, saya sangat setuju dengan pandangan Adler karena menurut saya, meskipun kehidupan manusia telah terberi oleh Tuhan, ditentukan lahir dari orang tua kita, tetapi kita memiliki kuasa untuk membawa dan berusaha melakukan hal yang terbaik untuk hidup kita. Saya sedikit kurang setuju dengan orang-orang yang berkata bahwa hidup manusia merupakan suatu hal yang ditentukan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Saya pribadi menganggap segala aspek dalam diri manusia adalah keterkaitan antara sesuatu yang telah terberi dengan usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk dapat memperbaiki hal-hal negatif yang ada dalam dirinya.

Daftar Pustaka:
Feist, J. & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality. Boston: McGraw-Hill.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate