Alfred Adler, salah satu tokoh psikodinamika yang mencetuskan Individual Psychology. Alfred Adler percaya bahwa interpretasi seseorang terhadap pengalaman
hidupnya jauh lebih penting daripada pengalaman itu sendiri (Feist & Feist,
2009). Menurut saya,
interpretasi/pemaknaan kita terhadap suatu hal adalah kunci pengetahuan yang
dapat kita petik dari pengalaman. Tanpa adanya pemaknaan terhadap suatu
pengalaman yang terjadi dalam hidup kita, maka kita hanya akan menjadikan
pengalaman itu sebagai angin lalu tanpa mendapatkan insight yang berguna bagi diri kita dimasa yang akan datang.
Berbicara tentang interpretasi/pemaknaan
terhadap pengalaman hidup, saya percaya bahwa masing-masing orang memiliki
pengalaman yang berbeda dan hal tersebut akan menentukan interpretasi yang
berbeda pula pada pengalaman hidupnya. Dalam aliran psikodinamika, hanya Adler yang menjunjung tinggi keunikan
seseorang. Dari empat aliran kepribadian itu sendiri, hanya terdapat empat
tokoh yang menjunjung tinggi keunikan seseorang yaitu: Alfred Adler, Albert
Bandura, Burrhus Frederic Skinner, dan Carl Ransom Roger. Tiga dari empat tokoh
tersebut merupakan tokoh-tokoh yang pro dan kontra dalam menanggapi konsep
ketidaksadaran. Hanya Alfred Adler saja yang mengambil jalan tengah dengan
menyeimbangkan antara konsep ketidaksadaran dan konsep kesadaran.
Hal
lain dari Alfred Adler yang menarik bagi saya adalah konsep susunan keluarga (family
constellation) yang ia kemukakan sebagai aplikasi dari individual psychology.
Sebagai tokoh yang menganggap bahwa lingkungan sosial turut berperan dalam
pembentukan kepribadian, Adler cukup optimis dalam melihat pengaruh keluarga
terhadap kepribadian seseorang. Menurut Feist & Feist (2009), aplikasi
tentang urutan kelahiran dalam family constellation yang
dicetuskan Adler telah memenuhi prasyarat “teori yang berguna” dengan adanya
kemampuan untuk digeneralisasikan pada penelitian lain.
Dalam
memandang manusia, tidak seperti tokoh lain di Freud’s Inner Circle, Adler
lebih menekankan pada kebebasan manusia dalam memilih untuk berperilaku seperti
apa yang ia inginkan (Feist & Feist, 2009). Dengan kata lain, manusia
memiliki kontrol terhadap dirinya sehingga manusia memiliki hak untuk
menentukan arah kehidupannya. Disini, saya sangat setuju dengan pandangan Adler
karena menurut saya, meskipun kehidupan manusia telah terberi oleh Tuhan,
ditentukan lahir dari orang tua kita, tetapi kita memiliki kuasa untuk membawa
dan berusaha melakukan hal yang terbaik untuk hidup kita. Saya sedikit kurang
setuju dengan orang-orang yang berkata bahwa hidup manusia merupakan suatu hal
yang ditentukan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia.
Saya pribadi menganggap segala aspek dalam diri manusia adalah keterkaitan
antara sesuatu yang telah terberi dengan usaha-usaha yang dilakukan manusia
untuk dapat memperbaiki hal-hal negatif yang ada dalam dirinya.
Daftar Pustaka:
Feist, J. & Feist, G. J.
(2009). Theories of Personality. Boston: McGraw-Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar