Menurut sensus penduduk tahun 2000, 60,1 persen penduduk Indonesia tinggal di pulau jawa, pulau yang paling padat penduduknya dengan tingkat kepadatan 103 jiwa per kilometer per segi (sensuspenduduk.com). Dengan tingkat kepadatan yang sedemikian tinggi, diperlukan efisiensi ruang untuk pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang efektif.
Sarana dan prasarana yang digunakan pula harus benar-benar dapat dimanfaatkan oleh para warga masyarakat dari berbagai penjuru negeri ini. Dalam hal vital seperti transportasi misalnya, pemerintah harus benar-benar memberikan sarana dan prasarana yang merata diseluruh daerah di Indonesia , bukan hanya terfokus pada kota-kota besar saja, melainkan pembangunan merata di seluruh daerah.
Pada saat ini, sarana transportasi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat adalah angkutan umum, baik berupa angkutan kota maupun bis antarkota dan antarprovinsi. Kendaraan umum tersebut tidak sulit untuk dijumpai pada setiap tempat karena hampir setiap kota memang memiliki terminal yang berfungsi sebagai tempat pemberhentiaan kendaraan umum tersebut. Terminal itu sendiri menjadi salah satu tempat yang paling vital dalam bidang transportasi darat. Dimanapun kita berada, selama lokasi tersebut dapat dijangkau kendaraan umum, disitu pasti ada terminal. Di terminal pula, terjadi transit atau perpindahan penumpang yang biasanya beralih menggunakan kendaraan lain untuk jangkauan kendaraan yang berbeda.
Menjelang libur lebaran, terminal menjadi salah satu tempat yang diburu para transmigran untuk mendapatkan tiket bus agar dapat pulang kampung. Alasan utama para pemudik memilih naik bus karena keberadaan terminal yang mudah dijumpai pada tiap kota. Di terminal itu pula terdapat kesinambungan kendaraan yang membawa pemudik hingga ke pelosok daerah di Indonesia. Jadi, para pemudik hanya perlu naik kendaraan yang membawanya dari terminal ke kota yang dituju atau menyambung menggunakan satu kendaraan ke kendaraan lain apabila jangkauan kendaraan yang satu tadi tidak memenuhi.
Untuk mengetahui keadaan terminal secara lebih rinci, berikut saya sampaikan sebuah hasil pengamatan langsung di sebuah terminal. Pengamatan saya kali ini tertuju pada terminal Kembang Jaya yang terletak di kota Pati,kota kecil yang terletak di bagian utara Jawa, tepatnya di Jawa Tengah bagian utara. Kota ini sendiri dilalui jalan pantai utara jawa atau sering disebut pantura. Di terminal ini sendiri selalu ramai dari pagi hari hingga menjelang malam hari. Pada pagi dan sore hari, terminal ini dipadati oleh bus-bus malam dari Jabodetabek, angkutan umum, serta bus-bus antar kota yang telah beroperasi sejak pagi.
Menjelang lebaran tahun 2010 ini, arus kendaraan yang keluar masuk terminal Kembang Jaya meningkat. Menurut penuturan Santi, salah seorang agen bus di terminal tersebut, lalu lalang pemudik telah terlihat sejak H-7 lebaran. “Mayoritas pengguna jasa transportasi di terminal Kembang Jaya adalah para pemudik dari Jakarta dan sekitarnya”, tambah beliau.
Pada tanggal 8 September 2010 atau H-2 lebaran, saat pagi hari di terminal Kembang Jaya terlihat orang yang berlalu lalang turun dari bus malam antar provinsi. Kebanyakan dari mereka membawa kardus dan tas ransel. Terjadi aksi saling dorong saat mereka menuruni tangga bus tersebut. Aksi desak-desakan juga mewarnai kisah pagi itu saat para penumpang bus saling mengambil barang di bagasi bus. Suara tangisan anak kecil yang terjepit massa akibat aksi desak-desakan itu pun mewarnai ricuhnya terminal pagi itu.
Ramainya para penumpang bus yang berpindah menaiki angkutan kota menjadi perhatian tersendiri bagi saya. Ada seorang bapak beserta istri dan dua anaknya yang terlihat menyewa sebuah angkutan kota untuk membawa barang-barangnya. Tawar-menawar harga sempat terjadi. Meskipun hanya satu keluarga kecil, namun barang bawaannya hampir satu angkutan penuh.
“Kardus-kardus itu berisi oleh-oleh untuk sanak keluarga disini. Sedangkan dua koper itu berisi baju kami sekeluarga selama berlebaran disini”, tutur Bapak Hatta, orang yang menyewa angkutan kota.
Melihat peristiwa tersebut, nampak bahwa berlebaran di kampung halaman merupakan suatu peristiwa yang sangat berharga sehingga mereka rela berdesak-desakan dan berebut membeli tiket bus untuk pulang kampung. Tidak hanya euforia para pemudik, suasana terminal juga diwarnai oleh para pedagang asongan yang menawarkan barang dagangannya pada orang-orang yang sibuk naik-turun kendaraan umum. Mereka memanfaatkan keramaian terminal untuk mencari pembeli sebanyak-banyaknya. Mereka menawarkan makanan dalam bungkusan kecil seperti kacang, tahu, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan pengasong yang menawarkan barang dagangannya, para kernet angkutan kota sibuk mencari penumpang. Sasaran mereka adalah orang-orang yang turun dari bus-bus antar kota dan antar provinsi, serta ibu-ibu yang membawa barang belanjaan dari pasar. Para kernet tersebut menghampiri orang-orang yang membawa barang bawaan banyak, dan membantu membawakan barang bawaan tersebut. Meskipun kadang tingkah para kernet itu merepotkan, namun kadang kernet-kernet tersebut membantu para pemudik untuk mengetahui angkot mana yang dapat membawanya sampai tempat tujuan.
Selain kernet yang sibuk mencari-cari penumpang kesana kemari, petugas terminal dan petugas parkirpun disibukkan oleh kendaraan yang keluar masuk terminal. Saya melihat seorang petugas terminal yang sedang mengatur keluarnya bus, namun ada motor yang menerobos ingin mendahului bus. Petugas terminal itu pun memaki dengan suara lantang karena tindakan pengendara motor tersebut yang berbahaya. Sama halnya dengan petugas terminal tersebut, petugas parkir di terminal Kembang Jaya juga sempat berkata kasar pada seorang pengendara sepeda motor yang parkir sembarangan dan mengganggu tempat parkir bus.
Kejadian lain lagi yang dapat saya lihat waktu itu adalah saat lalu lintas di terminal macet dan bus-bus serta kendaraan lain tidak bisa keluar terminal. Hal tersebut terjadi karena ulah sopir angkot yang parkir sembarangan di tengah jalan keluar masuk terminal. Akibat kecerobohannya, sopir tersebut dibentak oleh para sopir angkot yang lain. Kemacetan yang terjadi hampir lima menit itu diakibatkan pula oleh sopir-sopir angkot yang tidak tertib karena mereka memutar balik dan mengacau jalannya kendaraan lain.
Suasana menegangkan juga terjadi saat salah seorang kernet menyerobot penumpang kernet yang lain. Sempat terjadi adu mulut yang berujung perkelahian antar kernet tersebut, namun mereka dilerai oleh petugas dinas perhubungan yang bertugas di terminal. Ada pula seorang sopir angkot yang memaki pengendara sepeda motor karena pengendara tersebut menyerempet kaca spion angkot hingga pecah.
Pengamatan saya tidak hanya terbatas pada kejadian perkelahian saja, namun saya melihat kejadian-kejadian yang menunjukkan kehati-hatian warga masyarakat saat berada di terminal. Ada seorang ibu yang mendekap tasnya dengan erat, ada sopir bus yang menyalakan klakson berkali-kali saat ada pejalan kaki yang mengahalangi bus parkir, ada pula seorang ibu yang membawa beberapa kardus namun tetap bergandengan erat dengan dua anaknya, dan masih banyak lagi tingkah laku orang di terminal.
Dari semua kejadian yang saya amati, ada beberapa kejadian yang perlu mendapat perhatian lebih, yaitu tntang kesadaran masyarakat dalam membuang sampah. Di terminal Kembang Jaya sendiri telah ada tempat sampah pada setiap tempat ramai di terminal. Mungkin memang manusianya sendiri yang kurang peka terhadap lingkungan.
Dari pengamatan saya di terminal Kembang Jaya di kota Pati, banyak sekali kejadian-kejadian yang menggambarkan tingkah laku manusia. Ada yang emosinya tersulut karena kejadian yang tidak mengenakkan, dan ada pula yang selalu berhati-hati dan selalu waspada. Saat orang di terminal tersebut marah, mereka kebanyakan memaki dan berkata kasar. Namun ada juga yang hendak berkelahi karena telah memanasnya situasi. Tingkah laku manusia yang beraneka ragam tersebut mungkin dikarenakan situasi diterminal yang penuh sesak dan asap kendaraan yang mengganggu pernafasan. Dengan kondisi seperti itu, orang-orang cenderung ingin segera keluar dari area tersebut, sehingga mengakibatkan mereka berdesak-desakan dan tidak tertib.
Kecerobohan pengendara sepeda motorpun harusnya bisa dicegah apabila ada kesadaran dalam diri masing-masing individu untuk tertib dan teratur saat berada di Terminal. Sikap hati-hati dan waspada perlu kita terapkan saat berada di terminal. Hal yang paling penting yang harus kita perhatikan saat berada di terminal adaah ketertiban dalam membuang sampah.
Daftar Pustaka :
sensuspenduduk.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar