Minggu, 07 Oktober 2012

Payung yang Telah Tergantikan



Betapa terlihat berkaitannya antara aku dan kamu. Kamu ada, maka aku pun ada. Tak tahu entah yang mana dulu yang tercipta, tetapi dunia memperlihatkan pada kita akan semua yang telah tercipta indah. Sejak dahulu kala, orang-orang di sekitar kita melihat kita berdua sebagai sepasang kekasih. Dua sejoli yang tak pernah letih untuk berdua setiap waktu. Tak peduli cuaca berganti, engkau dan aku akan selalu diingat oleh orang-orang disekitar kita. Memori mereka akan aktif ketika mendengar namamu dan namaku diucap secara bergantian.
Entah benar atau tidak, ketika engkau hanya datang sendirian, orang-orang pasti akan menanyakanku. Tak perlu engkau pungkiri itu, karena aku pun merasa demikian. Aku telah berusaha mencurahkan waktu dan tenagaku untuk sejenak melupakanmu, untuk sejenak memikirkan hal lain yang mungkin lebih indah. Tetapi apa daya, niat diri meninggalkanmu tapi hati tak mau beranjak sedikitpun darimu. Sesakit apapun itu, kisah antara aku dan engkau tetap selalu ada didalam setiap orang yang mengenal kita. Ini bukanlah sebuah pelampiasan kesal semata, akan tetapi jeritan luka karena rasa yang engkau biarkan begitu saja.
Ingatkah engkau? Ketika kita berjalan bersama di pagi hari atau di siang hari, atau di sore hari, atau kala itu di malam hari? Bertemunya kita tak pernah melihat waktu yang berlalu begitu saja. Bertemunya kita tak pernah mendengar berkata apa orang-orang disana. Bertemunya kita adalah suatu rezeki dari Allah SWT dimana bertemunya kita menyenangkan hati sebagian orang, dan mungkin mengecewakan hati yang lainnya. Tapi kita tak punya kuasa, kita hanya mengalir bersama dengan takdir yang telah digoreskan oleh Sang Pencipta.
Entah kenapa aku merasa jikalau kini aku sudah merasa renta. 4 bulan sudah kita tak dipertemukan untuk sekedar bertegur sapa. 4 bulan sudah kita melalui hari-hari ini dengan warna yang berbeda. Tiba kalanya kita dipertemukan pada suatu malam yang tak terkira. Engkau, aku, dan sedikit memori-memori masa lalu. Engkau mungkin lupa, dan malam itu engakau coba mengingat-ingat memori kita. Memori yang indah untukku, tapi mungkin hanya mengganggu bagimu. Sedikit indah pada dirimu seakan membasahi jiwa yang telah kekeringan sedari 4 bulan lalu.
2 minggu telah berlalu dari malam tempat kita bertemu. Engkau kembali menghilang dengan rasa cuek yang entah kenapa aku sangat menyukainya. Semua hal kecil yang ada padamu layaknya menjadi daya pikat tersendiri untuk selalu memikirkanmu. Berharap Tuhan membawamu dengan apa adanya dirimu kehadapanku. Harapan yang aku pinta dapat terwujud sebelum bergantinya musim ini. Sungguh aku tak ingin menyadari hilangnya hilangnya dirimu yang begitu cepat. Aku takut engkau meninggalkanku dengan petunjuk yang justru membuatku bingung. Aku pun takut jikalau engkau menganggap bahwa petunjuk itu akan membantu untuk menemukanmu. Tapi engkau tidak pernah menganggap bahwa dengan bimbingan serta berpegang pada tanganmu, aku akan lekas menemukan jalan menuju tempat di hatimu.
Kadang aku bertanya, kenapa semua harus begitu terlambat? Kenapa semuanya harus penuh dengan penyesalan dariku? Mungkin Tuhan hendak menunjukkan padamu atau mungkin padaku tentang indahnya arti kita berdua, akan tetapi kita terlalu menjaga gengsi untuk bertemu meski hanya dalam intensitas yang kecil. Mungkin aku belum bisa memahami bagaimana cara yang tepat untuk menunjukkan maksud hati, akan tetapi engkau sudah terlanjur berlari menuju sesuatu yang lebih menarik lagi. Jarak antara kita memang tidak terlalu jauh, tapi rasa yang menjembatani hati kita kini telah runtuh dan entah kapan bisa mendapatkan perbaikan dari sang Pencipta.
Tapi kini, aku hanya bisa menulis kisah indah antara kita dan semua yang ada. Selanjutnya, aku biaran Tuhan menghapus bagian yang biasa saja dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik lagi. Bagaimanapun juga, aku hanya sebuah “payung” yang memiliki waktu untuk purna. Sedangkan engkau, “hujan” yang akan turun kapanpun engkau mendapat kesempatan untuk turun. Engkau bisa saja sibuk membasahi jiwa “payung-payung” lain yang berada dekat denganmu, tapi bagaimanapun juga aku tetap menunggu kedatanganmu di tempat yang engkau pun sudah tahu itu. Sampai saat ini, sudah berkali-kali aku mengirim pesan kepada “hujan”, tapi Tuhan berkata bahwa ini belum saatnya, dan aku harus menunggu untuk waktu yang belum tentu. 

Rabu, 15 Agustus 2012

Cukuplah Tuhan, Kamu, dan Aku yang Tahu


Hidup ini ibarat sebuah film,
Akan berganti dari sebuah adegan ke adegan yang lain,
Akan mengalami berbagai emosi dan situasi yang berbeda
Akan menjadikan kita pemain utama dan bukan pemain utama
Love changes a lot of things even the one that you think it could never change

Tak bosan-bosannya aku menonton drama serial Korea yang berjudul “Secret Garden”. Sebuah film yang menceritakan romansa percintaan dari dua orang yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Si gadis yang bekerja sebagai seorang pemain pengganti atau stuntwoman mengalami berbagai tragedy yang cukup memilukan untuk akhirnya bisa bersanding dengan seorang Presiden Direktur dari sebuah perusahaan yang besar. Memang kisah romansa yang ditampilkan dalam film ini hampir sering muncul dalam film-film mancanegara yang lain, akan tetapi ada sudut dimana “pertukaran jiwa” yang mampu membawa makna tersendiri bagiku. Meskipun film tersebut nampak bukan kisah nyata dalam hal ending cerita, dimana dewasa ini status sosial merupakan gerbang yang jelas membedakan antar manusia. Akan tetapi, kita perlu melihat dari teropong yang berbeda untuk dapat memaknai “keindahan” yang berbeda pula. Dari film tersebut, aku mendapatkan berbagai gambaran yang hampir serupa dengan kisahku. Aku seakan menemukan keterikatan yang membuatku merasa tegar setelah menonton film tersebut.
Insight #1
Kita harus bersabar dalam menanti sebuah “kesempatan”. Dalam film tersebut, digambarkan bagaimana seorang pemain pengganti harus bersabar untuk menunggu saat-saat ia beraksi. Jika pemain pengganti tersebut tidak sabar dan merasa ia hanya dimanfaatkan karena hanya dijadikan bayangan yang selalu mengikuti kemana arah raga yang asli, maka kelak ia akan kehilangan kesempatannya dalam konteks “film” tersebut. Dalam kehidupan nyata, aku mengalami hal tersebut ketika menjalin sebuah pertemanan dengan orang lain. Terkadang aku merasa bahwa teman sejati hanyalah diri kita sendiri dimana ketika kita telah berhasil menyeimbangkan keterkaitan antara jiwa raga serta ketertarikan kita pada diri sendiri, maka kita akan sedikit terhindar dari rasa kesepian. Hal ini mengingatkanku pada perkataan seorang motivator bernama Merry Riana, dimana ia menyarankan agar kita selalu berbuat dan melakukan hal terbaik untuk orang-orang yang dekat dengan kita. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya kesempatan dimana mereka tidak akan selalu dekat dengan kita, sehingga kita harus berbuat yang terbaik sebelum akhirnya kita menyesal. Disini, hubungannya dengan film tersebut adalah bagaimana kita harus bersabar dalam menanti kesempatan yang ada serta kita juga harus memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya.
Insight #2
Berusahalah memakai “kacamata” si dia untuk mengerti keadaannya. Dalam film tersebut, digambarkan bagaimana “takdir” menukar jiwa mereka. Hal ini dimaksudkan sebagai kesempatan yang muncul ketika kita diberikan kesempatan untuk dapat melihat “apa” yang sebenarnya ada dalam dirinya. Jika kita memiliki teman, sahabat, atau bahkan pacar, seringkali kita selalu ingin bersama dengan mereka. Kita selalu memiliki keinginan untuk melewatkan momen-momen yang indah dengan mereka. Akan tetapi, terkadang keinginan kita dimaknai menjadi sebuah sikap yang possessive dan sebuah keegoisan semata. Terlebih lagi ketika kita tidak mencoba untuk mengemas pesan yang ingin kita sampaikan dengan jelas dan dalam kondisi yang tepat. Kondisi lain terkadang kita menaruh rasa curiga pada si dia karena tidak memberi apresiasi atas apa yang telah kita lakukan. Anda tentu tidak ingin hal tersebut terjadi diantara Anda dan orang terdekat, sehingga mulai sekarang, cobalah untuk menjadi orang yang selalu berusaha melihat dan memposisikan diri sebagai si dia ketika Anda hendak mengatakan sesuatu yang bersifat judgement. Sebuah lagu yang mencerminkan kondisi ini adalah lagu dari Guy Sebastian yang berjudul “Angels Brought Me Here”. Dalam lagu itu, disampaikan sebuah makna dimana ada seseorang yang menyampaikan kisah perjalanan hidupnya sampai akhirnya ia menemukan keindahan pada sebuah keajaiban yang ada di depan matanya. Orang tersebut berandai-andai jikalau sebuah keajaiban tersebut mencoba melihat apa yang ia lihat, tentu mereka akan sama-sama tahu bahwa ada bantuan dari “takdir” yang akhirnya membantu mereka untuk dapat bertemu. Jika memang Anda merasa bahwa pertemuan tersebut karena kehendak Tuhan, maka Anda perlu mempertahankan dan berbuat yang terbaik untuk  orang-orang yang telah menghargai Anda. Jangan sampai mereka menyesal karena pernah dekat dengan Anda.
Insight #3
Berusahalah untuk “mengelola” emosi. Orang yang dianggap professional adalah orang yang mampu mengendalikan diri untuk tahu bagaimana cara mengekspresikan emosinya dengan tepat. Meskipun terkadang kita ingin meluapkan emosi yang ada agar merasa tenang, akan tetapi hal tersebut bisa saja menjadi bumerang bagi kita jikalau orang yang ada di dekat kita tidak menyukai hal tersebut. Meskipun terkadang perih untuk menyimpan luka, akan tetapi itu akan lebih baik jika memang ada hal-hal yang akan berdampak buruk jika kita bagikan dengan si dia. Cara lain yaitu cobalah dengan memulai pembicaraan yang nyaman untuk akhirnya melakukan konfirmasi terlebih dahulu akan apa yang terjadi. Jika kita langsung bernegatif thinking kepada si dia, alhasil dia mungkin saja akan jenuh dengan sikap tersebut dan lelah untuk kembali pada kondisi yang sama.

-to be continue. . . . . . . .-



Senin, 13 Agustus 2012

Tuhan dan “Kita” yang Tahu



Senja di waduk Gembong kala itu menemaniku melewati indahnya matahari terbenam bersama teman-temanku. Pemandangan gunung serta tenangnya air turut menambah kesejukan pada waktu itu. Yosi (Psiko UI 2012), Kak Fierdi (temen kos), dan Dika (Polines 2010), tiga orang teman yang bersama mereka aku melewati malam yang cukup berkesan. Sore itu, sekitar pukul empat sore (mundur dari jadwal semula pukul dua siang) mereka berkumpul dirumahku. Sedikit perbincangan dengan orang tuaku kemudian kami memutuskan untuk langsung menuju tempat buka bersama yang rencanyanya adalah kolam pemancingan (saran dari si Dika). Tak lama mengendarai motor, Dika bertanya untuk menentukan tujuan kepergian kami. Diskusi dengan dua orang teman yang lain pun sempat berlangsung selama kurang lebih lima menit dan berlokasi di pinggir jalan pantura. Yosi  merasa sangat antusias untuk melihat waduk dimana aku sempat menjadikannya background profil facebookku. Sementara itu, aku dan Dika lebih cenderung memilih kolam pemancingan karena memang rencana awal kami ingin “mancing”. Kak Fierdi, sebagai orang dituakan, agak bingung untuk memutuskan harus pergi kemana. Akan tetapi, tak lama kemudian aku dan Dika menuruti permintaan Yosi sebagai tanda meghargai tamu (Yosi dan Kak Fierdi).


Sesampainya di waduk, kami mendapati pinggiran waduk yang cukup ramai. Terdapat beberapa pemuda yang berfoto-foto dibawah menara air, sebagian lainnya hanya sekedar duduk-duduk di pinggir waduk sembari melihat panorama yang tersaji. Beberapa saat setelah kami memarkir motor, aku keluarkan kamera pocket dan menyerahkannya kepada Yosi. Waktu itu, entah mengapa aku tak langsung bersemangat untuk “take an action” padahal sebelumnya aku sempat merencanakan untuk foto-foto sepuasnya di tempat itu. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh topic pembicaraan yang sebelumnya aku bicarakan dengan Dika. Ada beberapa bagian yang cukup membuat aku “bad mood” dan akhirnya terdiam untuk beberapa waktu. Keceriaan di wajah Yosi dan Kak Fierdi lantas mengubah sedikit sudut pandangku. Aku lantas coba untuk menahan “kegalauan”ku sampai saat yag tepat untuk dapat mengekspresikannya.
Tatkala kami menuruni jalan setapak menuju tepian danau, kami hampir tidak menyadari bahwa matahari telah menampakkan bekas-bekas cahaya yang sinarnya semakin menghilang. Jarum jam juga telah menunjukkan pukul setengah enam sore. Dengan segera kami meninggalkan tempat itu dan menuju Simpang Lima Pati tempat dimana kami menghabiskan malam. Setelah setengah jam perjalanan, kami sampai di Simpang Lima Pati dan kemudian kami berkeliling untuk mencari makanan yang cocok untuk berbuka. Yosi dan Kak Fierdi yang notabene adalah “anak Jakarta”, sedikit menaruh heran kepada sebuah gerobak yang bertuliskan “Pempek” akan tetapi gerobak tersebut penuh berisi gorengan seperti risol, bakwan, dan lain-lain. Dika pun menjelaskan kepada mereka tentang “pempek Pati” yang memang seperti itu adanya. Gayanya menjelaskan nampak seperti seorang tour guide. Maklum saja, dia adalah mantan seorang Duta Wisata Kota Pati sewaktu ia duduk di bangku SMA. Cukup lama kami menyusuri jalanan Simpang Lima dan perut pun seakan tengah memasang alarm untuk segera Aku, Yosi, dan Dika memutuskan untuk mencoba pempek sementara kak Fierdi memesan Siomay yang terletak di sebelah tempat kami makan.
Tak menunggu beberapa lama setelah kami duduk, aku merasa ada sesuatu yang membuat hatiku kesal. Aku meminjam kunci motor Dika dan segera bergegas menancap gas dan menuangkan keluh kesahku dengan beberapa kali mengambil kesempatan ekstrim. Setelah kembali dari pencurahan keluh kesah, aku tampak sedikit asing dengan tatapan mata teman-temanku. Mereka tak habis pikir akan tingkahku yang mencurigakan. Mereka bahkan sampai mengamati gerak-gerikku dalam menghabiskan makanan yang telah aku pesan. Setelah makan, kami memutuskan untuk sholat maghrib di Masjid Agung Baitunnur Pati. Kak Fierdi dan Yosi melangkah terlebih dahulu menuju masjid, sedangkan Dika mengintrogasiku dengan berbagai pertanyaan. Temanku yang satu ini khawatir jika aku mendapatkan hal-hal yang tidak mengenakkan dari orang lain. Hal yang cukup membuatku kembali tersenyum yaitu ketika ketiga temanku ini mengatakan bahwa Fatma itu cerewet dan ketika dia tidak seperti itu lagi, mereka merasa asing dengan sikapku itu. Terlebih si Dika juga mengatakan bahwa Fatma yang ia kenal adalah orang yang suka mencubit, menjambak, menampar, dan lain-lain. Terlebih lagi sekasar apapun aku, mereka tetap menghargaiku sebagai seorang teman.

"Jadilah Fatma yang kami kenal"
Nice story with Muammar Dafi Mandika, Yosipana Khusnulhuda, Fierdianna Handayani


Senin, 02 Juli 2012

5 Hal Penting dari Angsa



Fakta 1:
Ketika setiap angsa mengepakkan sayapnya, kepakan itu menciptakan "daya dukung" bagi angsa di belakangnya. Terbang dengan membentuk formasi V, kawanan angsa mampu menempuh jarak terbang 71% lebih jauh dibanding jarak terbang yang ditempuh masing-masing angsa.
Pelajaran: Tim yang memiliki arah tujuan yang sama akan bisa mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah karena setiap anggota tim akan saling mendukung dalam proses perjalanan mereka.

Fakta 2:
Ketika ada seekor angsa yang meninggalkan formasi, ia akan segera merasakan daya tarik udara yang besar dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia kembali masuk dalam formasi untuk mendapatkan daya dukung dari angsa yang berada di depannya.
Pelajaran: Hal yang sama juga bisa terjadi pada kita jika kita keluar dari formasi tim. Karena itu, kita tetap berada dalam formasi tim dan bergerak ke arah yang sama. Dengan begitu, kita bersedia menerima bantuan mereka dan memberi bantuan bagi anggota tim yang lain.

Fakta 3:
Ketika angsa yang memimpin merasa lelah, ia akan bertukar tempat dalam formasi terbang. Angsa yang lain akan menggantikan posisi terdepan itu.
Pelajaran: Kita perlu saling bergilir dalam mengemban tugas-tugas sulit dan tugas kepemimpinan. Seperti halnya angsa, manusia pun saling bergantung pada kemampuan masing-masing, keahlian dan bakat.

Fakta 4:
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini akan mengeluarkan suara riuh-rendah guna menyemangati angsa-angsa di depan supaya menjaga kecepatan terbangnya.
Pelajaran: Kita harus memastikan kata-kata dan ucapan kita bersifat positif dan mendukung. Dalam tim yang saling mendukung, produktivitas yang dihasilkan juga akan semakin besar.

Fakta 5:
Jika seekor angsa menjadi sakit, terluka atau tertembak, dua angsa lainnya akan keluar dari formasi dan mengikuti angsa yang sakit itu guna membantu dan melindunginya. Kedua angsa itu akan tetap menemani sampai angsa yang sakit itu mati atau mampu terbang kembali. Lalu, mereka akan membentuk formasi baru atau menyusul kawanannya.
Pelajaran: Seperti halnya angsa, kita harus saling menopang satu sama lain baik dalam masa-masa sulit maupun masa-masa senang.

Bagikan ke teman Anda, Share & Be Happy!

Ketika Hati Berbicara. . .


sudah sejak beberapa waktu, aku berbalik
aku tersenyum seolah aku tidak mengenalmu
aku mencoba menipu diriku tanpa kata-kata
apa kau bingung karena kau tidak tahu perasaanku?
aku khawatir kata-kata "aku mencintaimu"
adalah kata yang tidak kukenali
dengan bibir kaku kuteriakkan "aku mencintaimu"
dari balik punggungmu
saat kita bernafas di bawah langit yang sama
hanyalah hasrat yang tak bisa kumiliki
hanyalah cinta yang semakin tumbuh tanpa diketahui
yang hanya membawa luka
meski aku mati karena terluka, aku mungkin akan tetap di sini
mungkin aku hanya akan tersenyum disampingmu
meski mungkin kita tidak bahagia
meski semua tidak bisa diputar kembali
inilah cinta yang kupilih

Kamis, 24 Mei 2012

Menyanyikan Lagu Ini Sembari Melihat Langit: Christina Perri


Beribu kali mendengarkan sebuah lagu yang saya putar membuat teman saya jenuh. Beberapa waktu kemudian, muncullah lagu ini sebagai rekomendasi untuk mengisi playlist di laptop saya, meski seratus kali diputar, ternyata rasanya tak sama dengan lagu yang sebelumnya :)

Heart beats fast, Colors and promises
How to be brave, How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone,
All of my doubt, Suddenly goes away
Somehow, One step closer

(Chorus)
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid, I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more

One step closer
And all along, I believed I would find you
One step closer One step closer
I have loved you for a thousand years
And all along I believed I would find you


(Verse 2) 
Time stands still beauty in all she is
I will be brave; I will not let anything take away
What's standing in front of me?
Every breath, every hour has come to this
(Chorus)
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid, I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
(Chorus)
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid,
I'll love you for a thousand more
time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more

Melihat Adler dengan Kacamata Saya


Alfred Adler, salah satu tokoh psikodinamika yang mencetuskan Individual Psychology. Alfred Adler percaya bahwa interpretasi seseorang terhadap pengalaman hidupnya jauh lebih penting daripada pengalaman itu sendiri (Feist & Feist, 2009). Menurut saya, interpretasi/pemaknaan kita terhadap suatu hal adalah kunci pengetahuan yang dapat kita petik dari pengalaman. Tanpa adanya pemaknaan terhadap suatu pengalaman yang terjadi dalam hidup kita, maka kita hanya akan menjadikan pengalaman itu sebagai angin lalu tanpa mendapatkan insight yang berguna bagi diri kita dimasa yang akan datang.

Berbicara tentang interpretasi/pemaknaan terhadap pengalaman hidup, saya percaya bahwa masing-masing orang memiliki pengalaman yang berbeda dan hal tersebut akan menentukan interpretasi yang berbeda pula pada pengalaman hidupnya. Dalam aliran psikodinamika, hanya Adler yang menjunjung tinggi keunikan seseorang. Dari empat aliran kepribadian itu sendiri, hanya terdapat empat tokoh yang menjunjung tinggi keunikan seseorang yaitu: Alfred Adler, Albert Bandura, Burrhus Frederic Skinner, dan Carl Ransom Roger. Tiga dari empat tokoh tersebut merupakan tokoh-tokoh yang pro dan kontra dalam menanggapi konsep ketidaksadaran. Hanya Alfred Adler saja yang mengambil jalan tengah dengan menyeimbangkan antara konsep ketidaksadaran dan konsep kesadaran.

Hal lain dari Alfred Adler yang menarik bagi saya adalah konsep susunan keluarga (family constellation) yang ia kemukakan sebagai aplikasi dari individual psychology. Sebagai tokoh yang menganggap bahwa lingkungan sosial turut berperan dalam pembentukan kepribadian, Adler cukup optimis dalam melihat pengaruh keluarga terhadap kepribadian seseorang. Menurut Feist & Feist (2009), aplikasi tentang urutan kelahiran dalam family constellation yang dicetuskan Adler telah memenuhi prasyarat “teori yang berguna” dengan adanya kemampuan untuk digeneralisasikan pada penelitian lain.

Dalam memandang manusia, tidak seperti tokoh lain di Freud’s Inner Circle, Adler lebih menekankan pada kebebasan manusia dalam memilih untuk berperilaku seperti apa yang ia inginkan (Feist & Feist, 2009). Dengan kata lain, manusia memiliki kontrol terhadap dirinya sehingga manusia memiliki hak untuk menentukan arah kehidupannya. Disini, saya sangat setuju dengan pandangan Adler karena menurut saya, meskipun kehidupan manusia telah terberi oleh Tuhan, ditentukan lahir dari orang tua kita, tetapi kita memiliki kuasa untuk membawa dan berusaha melakukan hal yang terbaik untuk hidup kita. Saya sedikit kurang setuju dengan orang-orang yang berkata bahwa hidup manusia merupakan suatu hal yang ditentukan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Saya pribadi menganggap segala aspek dalam diri manusia adalah keterkaitan antara sesuatu yang telah terberi dengan usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk dapat memperbaiki hal-hal negatif yang ada dalam dirinya.

Daftar Pustaka:
Feist, J. & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality. Boston: McGraw-Hill.




Jumat, 04 Mei 2012

Rapat Akbar KOMPI UI menjelang Trip To UI: Cukup Aku, Kamu, dan Tuhan yang Tahu


Rasanya tak ingin berhenti terucap syukur atas karunia yang telah Allah limpahkan hari ini dan di hari-hari yang lain. Kembali teringat dengan coretanku yang berjudul “Merangkai Kata Menjadi Sebuah Keluarga”. Hari ini, 4 Mei 2012, saya dan teman-teman yang bernaung dalam suatu wadah kekeluargaan kembali menulis cerita indah dan seru tentang pemaknaan tentang pengalaman hidup. Kali ini, bukan berjualan gorengan atau baju bekas lagi, tetapi lebih ke perumusan konsep dan hal-hal terkait teknis acara yang hendak kami selenggarakan pada 5 Mei-18 Mei 2012, TRIP TO UI. Tak kurang pukul 15:30 saya sampai di kontrakan yang terletak di sebuah gang kecil di dekat Jalan Margonda Raya Depok. Disana, telah ada Bagas (Sistem Informasi UI 2011) yang tengah jenuh menanti di luar pagar.
Setengah jam sudah setelah akhirnya datang Septa (Manajemen UI 2011) yang selanjutnya disusul oleh Wahyu (Teknik Perkapalan UI 2011) dan Atik (Matematika UI 2011) yang berbarengan berangkat dari Asrama Mahasiswa UI Depok. Sudah lebih satu jam dari agenda yang dijadwalkan tetapi kami masih belum memulai rapat karena belum tercapainya batas quorum (quota forum). Menjelang pukul 5 sore, datanglah Eka (Biologi UI 2011), Mas Riko (Ilmu Komputer UI 2009), dan Mas Jauhar (Fisika UI 2008). Ba’da sholat Maghrib, datanglah Ficky (Teknik Mesin 2011) dan selanjutnya kami segera memulai obrolan alias rapat kami, tepatnya pukul 18.55, hampir 4 jam lewat dari agenda yang ditetapkan.
Membicarakan masalah rundown dan teknis acara, sempat beberapa kali kami terdistract dengan obrolan lain di dalam forum. Waktulah yang akhirnya memusatkan perhatian kami hingga akhirnya tepat pukul 19.30, fiksasi rundown dan draft pengajar terrealisasikan sudah. Beberapa saat sebelum beberapa teman meninggalkan kontrakan, datanglah mbak Jumiatun (Sastra Jerman UI 2008) yang hadir untuk menyapa kami. Si Mbak yang dapat berbicara dalam 4 bahasa (Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman) menyampaikan permohonan maaf karena beliau sibuk merancang tugas akhirnya. Alhamdulilah, sesibuk apapun beliau masih menyempatkan menengok salah seorang fans beratnya di KOMPI (hahahaha colek seseorang di kutek). Peace. .
Tak lama dari kedatangan Mba Jum, datang juga Mas Galih (ilmu Komputer UI 2009) dan Mas Panji (Teknik Mesin UI 2010) yang  mau bersusah-susah keliling Depok untuk membeli bantal “unyu” ^_^ buat peserta TRIP TO UI. Hampir pukul 9 malam, datang Jalal (Sejarah UI 2011) yang selanjutnya diikuti juru kunci  rapat kali ini yaitu Mas Harnoko (Matematika UI 2009) yang sempat muter-muter stasiun UI untuk mencari Gg. Mangga (akhirnya ketemu :)). Beruntung Mas Harnoko datang, beliau adalah tutor Matematika yang untuk kesempatan kali ini kami beri jam terbang yang tinggi, dan alhamdulilah beliau bisa. Pukul 21.30 hanya tersisa saya, Jalal, Mas Harnoko, dan Mas Panji dalam kontrakan tersebut. Obrolan tentang software matematika hingga konsep-konsep interpersonal seakan menjadi agenda rapat kedua kami. Tepat pukul 22.00 kami meninggalkan kontrakan dan mengakhiri rapat.
Insight yang saya dapat dari hari ini adalah, tentang pemaknaan kata “rapat”. Menurut saya, rapat adalah suatu forum formal yang didikte untuk membicarakan issue yang dijadikan agenda pembahasan. Tetapi di keluarga kecil ini, rapat yang kami lakukan memang tak selayaknya disebut rapat karena sungguh ide dan saran yang keluar dari diri kami adalah bukti kepedulian kami. Mulai dari kehadiran yang sebetulnya tanpa paksaan, pembicaraan yang boleh meluas dan menyempit, serta tempat keluh kesah yang gratis telah kami temukan disini. Bagi saya, yang disebut keluarga yang sempurna bukanlah orang yang memberi segala kebahagiaan. Keluarga yang sempurna menurut saya adalah keluarga yang dapat membimbing saya dalam merasakan masing-masing perasaan dalam piring “emosi” yang berbeda. Seperti permen, ia ibarat “nano-n*no” yang memberi berbagai rasa dalam satu sensasi saja.

Semalam Bersama Muhyi


Rasanya lelah sudah mata ini terbuka. Kira-kira lebih dari 16 jam aku belum sempat memejamkan mata seharian ini. Rutinitas kuliah yang padat dihari Kamis, dan beberapa aktivitas eventual lain cukup sering mewarnai hari sibukku di semester ini, hari Kamis. Pada kesempatan kali ini, Kamis, 3 Mei 2012, lebih tepatnya pukul 21:48, teman saya, sebut saja namanya Muhyi atau Fitra, datang untuk membicarakan suatu masalah terkait acara dalam paguyuban kami, KOMPI UI. Seperti biasa, muka kusut dan tak karuan seakan memelas untuk tahu update terbaru kegiatan yang tengah kami selenggarakan, “Trip To UI”.  Acara ini merupakan bakti kami terhadap kota Pati yang kami manifestasikan dalam mbimbingan belajar dan orientasi kampus kepada siswa/siswi SMA yang memiliki peringkat terbaik dalam try out yang kami selenggarakan. Acara ini akan berlangsung dari tanggal 5 Mei sampai 18 Mei 2012.
“Telpon Septa, Ma. Minta tolong Ficky antar kasurnya ke kontrakan sekarang” kata Muhyi.
Aku hanya menuruti saja perintah dari pak Ketua KOMPI. Hehehehe. .sejujurnya dalam hati aku sungkan untuk merepotkan anak-anak KOMPI malam-malam gitu. Seakan tak ada hari esok saja. Dalam pemikiran saya, secara sadar yakin bahwa nantinya saya yang akan turut bantu dia beres-beres kontrakan. Benar saja, dua kasur yang dipinjamkan oleh Ibu kosku berhasil pula kami angkat. Dengan terpaan angin yang lumayan kuat dan dengan dua kali bawa barang, kami sudah siap beres-beres kontrakan.
Pukul 12 tepat, hanya terdengar suara di warung nasi goreng yang sedari tadi membuat cacing diperutku berteriak-teriak. Semua sudah beres, sudah saya sapu dan pel setiap bagian dan sudut dalam rumah tersebut. Mungkin sekitar pukul setengah satu malam, Muhyi berpamitan untuk pergi membeli kertas kado guna menutup lubang yang ada didinding. Ya, maklumlah, kontrakan yang kami dapat itu layaknya pinang dibelah-belah alias rusak. Dinding yang penuh dengan coretan seakan membuat imaginasi saya terus menerka gambar apa itu. Pengalaman yang sama, ketika kami tengah rapat panitia, salah satu panitia, sebut saja namanya Tantri, merinding disko melihat coretan yang terlihat seperti seorang perempuan. .hahahaha kami benar-benar imaginative J.
“Aku takut kena fitnah, Ma” kata Muhyi ketika kami telah selesai membeli berbagai pernak-pernik untuk menghias dinding kontrakan. Mendengar kata-kata itu, saya hanya tertawa. Berpikir bahwa untuk apa orang memfitnah kami. Hal inilah yang sesungguhnya agak menggelitik pikiran saya. Ada beberapa orang yang dengan sengaja berduaan untuk tujuan tertentu, dan ada juga orang yang tidak sengaja berdua meskipun dengan alasan tertentu. Tapi berbeda dalam menanggapi isu munculnya fitnah. Sebenarnya, saya ingin menyebutnya sebagai gossip, tapi ya, tak apalah jika akrab disebut fitnah.
“Aku mau nulis ah, semalam bersama psikopat” kata Muhyi sembari menempel “wall-paper” di dapur. Takut dia bakal ngomong aneh-aneh tentang “gangguan” saya, saya mencoba untuk mencuri start dalam menulis dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Hahahaha. .hanya sekedar sharing. Saya sampai kos mungkin sekitar pukul setengah dua dini hari, dan malam Jum’at ini benar-benar malam yang melelahkan, setelah sebelumnya saya tidak tidur seharian karena dikejar deadline.
Baca tulisan selanjutnya. . . . . "Hidup Mati di Kejar Deadline"

Sabtu, 28 April 2012

Saran vs Perbuatan

Sembari menatap langit-langit kamar, saya teringat kembali memori-memori tentang demonstrasi BBM yang terjadi akhir Maret kemarin. Saya merasa bahwa dunia ini sungguh sangat mengagumkan. Ada orang yang dapat sering memberi saran, dan ada juga orang yang sering "melakukan" tanpa banyak bicara. Saya membayangkan bagaimana seseorang kebingungan karena banyak sekali permintaan yang mungkin berbeda dari masing-masing orang, dan harus dilayani dalam waktu yang bersamaan. Memang benar apa kata pepatah "hati orang siapa tahu". Bagaimana tidak, apa yang ia katakan terkadang tak sesuai yang "benar-benar" ia harapkan. Solusi yang terlintas dalam benak saya adalah bagaimana jika "mereka" turut membantu atau setidaknya merumuskan terlebih dahulu secara bijaksana hal apa yang mereka inginkan. Tapi bagimanapun, rakyat dengan segala kekurangannya, terkadang tak sejeli pemerintah dan jajaran menteri yang ada disana. Patutlah rakyat kembali "bersua" jika orang yang telah bergelar akademik justru mengambil jalan "gelap" untuk menghianati rakyat Indaonesia.

|Intelektual Muda yang justru terbawa arus|

Masih dalam renungan tentang demonstrasi tadi, saya beberapa kali menyayangkan dengan perilaku para intelektual Muda yang sering "bentrok" dengan "aparat" karena emosinya tersulut oleh suasana yang memanas. Seharusnya, mereka dapat lebih bijak dalam menyuarakan "isi hatinya".

Jumat, 27 April 2012

Peer dan Budaya Kolektivist




Oh jadi ini yang dinamakan peer? J
Peer atau yang sering kita sebut sebagai teman “main” adalah istilah untuk sebuah kelompok yang memiliki kedekatan karena suatu tujuan tertentu. Saat saya masih duduk di bangku sekolah menengah, saya sering menyebut kelompok seperti itu dengan sebutan “geng” yang ternyata sebutan tersebut adalah istilah untuk kelompok yang dipersepsi negative oleh sebagian orang. Memasuki studi awal di perguruan tinggi, lebih tepatnya di kampus biru muda, psikologi UI, saya sering dipaparkan dengan kata “peer” yang hampir setiap hari disebut-sebut oleh semua lapisan masyarakat di kampus tersebut.
|Peer sebagai simbol budaya kolektivist|
Adanya sebuah peer tidak menutup kemungkinan kita memiliki performa kelompok yang bagus, karena kelompok tersebut dipayungi kedekatan antar masing-masing anggota kelompok. Peer yang solid akan memudahkan anggota kelompok untuk tahu informasi terbaru serta hal-hal yang berkaitan dengan identitas kelompok tersebut. Saya pernah menemui sebuah peer yang sangat solid hingga dalam setiap kesempatan mereka selalu bersama dan berkelompok dalam kegiatan-kegiatan baik akademik maupun non-akademik. Menurut saya pribadi, hal tersebut dapat membawa dampak baik positif maupun negative. Jika ditinjau dari budaya masyarakat Indonesia yang kolektivist, peer merupakan salah satu representasi dari budaya kolektivist tersebut.

Rabu, 25 April 2012

Here I am-Yoon Sang Hyun (OST Secret Garden)


Hmmm. .kalau kisah dalam lagu ini, ada seorang yang sangat menyayangi pasangannya, tetapi tidak begitu dianggap. Dia hanya menunggu meskipun pasangannya bahkan mungkin tidak pernah tahu. .
Tapi kalau yang ada hanya salah paham saja gimana ya??? hehehehe :D
cek ini :)
Here I am yeogi Here I am
Here I am naega yeogie yeogi inneunde
Here I am jigeum Here I am
Here I am jigeum yeogie naega inneunde
nal da jwodo mojara
nal beoryeodo mojara
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
moreul geoya ama neon Here I am
Here I am yeogi Here I am
Here I am naega yeogie yeogi inneunde
nal da jwodo mojara
nal beoryeodo mojara
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
gateun jarieseo neol gidarilge
nal yokhaedo gwaenchanha
nal beoryeodo gwaenchanha
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
moreul geoya ama neon Here I am
moreul geoya ama neon Here I am

\\

Here I am
In this place, here I am
Here I am
I'm in this place, I'm here
Here I am
Now, I'm here
Now i'm in this place, I'm here
It's not enough for me, I'll show you that
I really love you
You may never know, but
Here I am
You may never know, but
Here I am

Selasa, 24 April 2012

Lirik "Hyun Bin That Man"


||Setiap hari pun tak habis untuk mendengar lagu ini|| :)


남자가 그대를 사랑합니
han namjaga geudereul saranghamnida
남자는 열심히 사랑합니다
geu namjaneun yolsimhi saranghamnida
매일 그림자처럼 그대를 따라 다니며
meil geurimjachorom geudereul ttara danimyo
남자는 웃으며 울고 있어요
geu namjaneun useumyo ulgo issoyo

얼마나 얼마나 너를
olmana olmana do noreul
이렇게 바라만 보며 혼자
irotge baraman bomyo honja
바람같은 사랑 거지같은 사랑
i baramgateun sarang i gojigateun sarang
계속해야 니가 나를 사랑하겠니
gyesokheya niga nareul saranghagetni

조금만 가까이 조금만
jogeumman gakkai wa jogeumman
다가가면 도망가는
han bal dagagamyon du bal domangganeun
사랑하는 지금도 옆에 있어
nol saranghaneun nal jigeumdo yope issoyo
남잔 웁니다
geu namjan umnida

남자는 성격이 소심합니다
geu namjaneun songgyogi sosimhamnida
그래서 웃는 법을 배워봅니다
geureso utneun bobeul bewobomnida
친한 친구에게도 못하는 얘기가 많은
chinhan chin-guegedo mothaneun yegiga maneun
남자의 마음은 상처 투성이
geu namja-eui maeumeun sangcho tusongi

그래서 남자는 그댈 사랑했대요 똑같아서
geureso geu namjaneun geudel nol saranghetdeyo ttokgataso
하나 같은 바보 하나 같은 바보
tto hana gateun babo tto hana gateun babo
한번 나를 안아주고 가면 안되요
hanbon nareul anajugo gamyon andweyo

사랑받고 싶어 그대여
nan sarangbatgo sipo geudeyo
매일 속으로만 가슴 속으로만
meil sogeuroman gaseum sogeuroman

소리를 지르며 남자는
sorireul jireumyo geu namjaneun
오늘도 옆에 있데요
oneuldo geu yope itdeyo

남자가 나라는 아나요
geu namjaga naraneun gon anayo
알면서도 이러는 아니죠
almyonsodo ironeun gon anijyo
모를거야 그댄 바보니까
moreuloya geudaen babonikka

얼마나 얼마나 너를
olmana olmana do noreul
이렇게 바라만 보며 혼자
irotge baraman bomyo honja
바보같은 사랑 거지같은 사랑
i babogateun sarang i gojigateun sarang
계속해야 니가 나를 사랑하겠니
gyesokheya niga nareul saranghagetni

조금만 가까이 조금만
jogeumman gakkai wa jogeumman
다가가면 도망가는
han bal dagagamyon du bal domangganeun
사랑하는 지금도 옆에 있어
nol saranghaneun nal jigeumdo yope isso
남잔 웁니다
geu namjan umnida

Translate