Malam itu tak sama dengan malam – malam yang telah lalu. Malam itu
begitu teringat jelas dalam ingatanku. Tanggal 26 oktober 2009, seingatku.
Badanku lelah menyusuri sepanjang jalan kota
kecil ini. Telah begitu lama kaki ini menapak meninggalkan jejak di sepanjang
jalan yang telah ku lalui. Hanya demi mengejar seseorang yang kini memang aku
tahu bahwa dia telah pergi. Semua hanya karena kebodohanku yang selalu tak
mengira seberapa besar harapannya padaku. Namun aku malah selalu acuh tak
peduli padanya. Dan kni saat dia telah pergi, aku tahu bahwa aku telah
kehilangan orang yang paling berharga selama hidupku. Pikiranku melayang
mengingat kejadian satu setengah tahun lalu kala aku bertemu dengan seorang
laki – laki bernama Ahmad. Ku lihat dia tengah berdiri dengan wajah cemas
seperti sedang menunggu seseorang di halte bus ini. Tak begitu lama aku
memandangnya, aku tergugah untuk bertanya padanya. Apa yang hendak dilakukan
seorang laki – laki bertubuh kekar di halte bus pagi – pagi begini? Selayaknya
seorang siswa SMA yang bersekolah lumayan jauh dari rumah, aku memang selalu
berangkat pagi betul dari rumah. Meskipun agak lama menunggu di halte bus,
namun aku toh bias memanfaatkan waktu menunggu bus dengan menbaca – baca buku.
Daripada aku berangkat kesiangan dan harus dihukum guru kala hendak mengikuti
pelajaran.
“Maaf..Anda
ini siapa ya? Kok saya tidak pernah melihat Anda di sini sebelumnya”. Tanyaku
pada laki – laki yang sedang menggendong sebuah ransel besar di punggungnya
itu.
“Oh..Saya
sedang menunggu saudara saya yang tinggal di daerah sini, kebetulan saya ingin
berlibur di daerah ini dan saudara saya yang hendak menjemput”. Jawabnya sopan.
Aku kaget saat tahu kalau dia menjawab pertanyaanku tadi. Ternyata laki- laki
itu sopan, meskipun badannya kekar dan Nampak seperti orang yang acuh tak acuh.
Dari caranya berpakaian memang Nampak kalau dia seumuran denganku, tapi kalau
melihat tubuhnya yang kekar dan tinggi besar, mungkn sebagian orang akan
berpendapat bahwa dia adalah seorang remaja urakan yang suka mangkal di pasar.
Sorot matanya
begitu memikat. menunjukkan salah satu keindahan ciptaan Tuhan. Apalagi
senyumnya, begitu mempesona. Sungguh tak ku kira kalau ada malaikat yang turun
di pagi buta begini.
“Saya
Ahmad,,kalau kamu?”
“Aisyah”
jawabku singkat karena aku tak tahu harus berkata apa lagi. Aku begitu menyukai
tampilan luar laki – laki ini.
“Anak SMA
ya?” tanyanya lagi. Aku tidak menyadari bahwa sedari tadi belum juga ku
lepaskan jabat tangan deang laki –laki ini. Tanganku merasakan kehangatan dari
genggaman tangannya. Lalu ku tarik tanganku pelan dan meminta maaf padanya.
“Huum,, baru
kelas tiga ini. Kalau kamu?”
“Aku kuliah,
semester 2, kuliah di Universitas Diponegoro jurusan Akuntansi. Kebetulan ni
lagi libur, jadi ya pengen refresing di sini.”
Oh ternyata
benar, dia memang seumuran denganku. Paling – paling selisih satu tahun. Dari
caranya berpakaian memang tak Nampak kalau dia seorang anak kuliahan namun dari
caranya berbicara yang ngalor – ngidul, menunjukkan seberapa luas
pengetahuannya. Dan dari caranya berbicara pun selalu memkirkan baik buruknya.
Sungguh penuh kehati – hatian. Sudah hampir seperempat jam aku bercakap
dengannya. Bus menuju sekolahanku telah sampai. Dengan terpaksa aku harus
meninggalkan si cowok ganteng dengan sejuta keindahan yang memikat hatiku.
“Aisyah….boleh
minta nomor handpon kamu?”tanyanya sembari mengeluarkan handpon dari saku
celananya.
“Iya..” ku
sebutkan nomor handponku dan diikuti jari – jarinya memencet tombol pada keypad
handpon.
“Terima
kasih, nanti aku boleh telpon kamu kan ?”tanyanya
ketika aku hendak menaiki tangga bus mini yang akan mengantarku ke sekolah itu.
“iya… asal
tidak ganggu jam sekolahku saja”aku melambaikan tanganku dan bus pun berjalan
meninggalkan cowok yang telah memikat hatiku pagi ini. entah takdir akan
mempertemukan kami lagi atau tidak, tapi aku harap, suatu saat aku bisa bertemu
dengannya dan berbincang banyak lagi tentang hal – hal yang menarik
perhatianku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar