Sabtu, 28 April 2012

Saran vs Perbuatan

Sembari menatap langit-langit kamar, saya teringat kembali memori-memori tentang demonstrasi BBM yang terjadi akhir Maret kemarin. Saya merasa bahwa dunia ini sungguh sangat mengagumkan. Ada orang yang dapat sering memberi saran, dan ada juga orang yang sering "melakukan" tanpa banyak bicara. Saya membayangkan bagaimana seseorang kebingungan karena banyak sekali permintaan yang mungkin berbeda dari masing-masing orang, dan harus dilayani dalam waktu yang bersamaan. Memang benar apa kata pepatah "hati orang siapa tahu". Bagaimana tidak, apa yang ia katakan terkadang tak sesuai yang "benar-benar" ia harapkan. Solusi yang terlintas dalam benak saya adalah bagaimana jika "mereka" turut membantu atau setidaknya merumuskan terlebih dahulu secara bijaksana hal apa yang mereka inginkan. Tapi bagimanapun, rakyat dengan segala kekurangannya, terkadang tak sejeli pemerintah dan jajaran menteri yang ada disana. Patutlah rakyat kembali "bersua" jika orang yang telah bergelar akademik justru mengambil jalan "gelap" untuk menghianati rakyat Indaonesia.

|Intelektual Muda yang justru terbawa arus|

Masih dalam renungan tentang demonstrasi tadi, saya beberapa kali menyayangkan dengan perilaku para intelektual Muda yang sering "bentrok" dengan "aparat" karena emosinya tersulut oleh suasana yang memanas. Seharusnya, mereka dapat lebih bijak dalam menyuarakan "isi hatinya".

Jumat, 27 April 2012

Peer dan Budaya Kolektivist




Oh jadi ini yang dinamakan peer? J
Peer atau yang sering kita sebut sebagai teman “main” adalah istilah untuk sebuah kelompok yang memiliki kedekatan karena suatu tujuan tertentu. Saat saya masih duduk di bangku sekolah menengah, saya sering menyebut kelompok seperti itu dengan sebutan “geng” yang ternyata sebutan tersebut adalah istilah untuk kelompok yang dipersepsi negative oleh sebagian orang. Memasuki studi awal di perguruan tinggi, lebih tepatnya di kampus biru muda, psikologi UI, saya sering dipaparkan dengan kata “peer” yang hampir setiap hari disebut-sebut oleh semua lapisan masyarakat di kampus tersebut.
|Peer sebagai simbol budaya kolektivist|
Adanya sebuah peer tidak menutup kemungkinan kita memiliki performa kelompok yang bagus, karena kelompok tersebut dipayungi kedekatan antar masing-masing anggota kelompok. Peer yang solid akan memudahkan anggota kelompok untuk tahu informasi terbaru serta hal-hal yang berkaitan dengan identitas kelompok tersebut. Saya pernah menemui sebuah peer yang sangat solid hingga dalam setiap kesempatan mereka selalu bersama dan berkelompok dalam kegiatan-kegiatan baik akademik maupun non-akademik. Menurut saya pribadi, hal tersebut dapat membawa dampak baik positif maupun negative. Jika ditinjau dari budaya masyarakat Indonesia yang kolektivist, peer merupakan salah satu representasi dari budaya kolektivist tersebut.

Rabu, 25 April 2012

Here I am-Yoon Sang Hyun (OST Secret Garden)


Hmmm. .kalau kisah dalam lagu ini, ada seorang yang sangat menyayangi pasangannya, tetapi tidak begitu dianggap. Dia hanya menunggu meskipun pasangannya bahkan mungkin tidak pernah tahu. .
Tapi kalau yang ada hanya salah paham saja gimana ya??? hehehehe :D
cek ini :)
Here I am yeogi Here I am
Here I am naega yeogie yeogi inneunde
Here I am jigeum Here I am
Here I am jigeum yeogie naega inneunde
nal da jwodo mojara
nal beoryeodo mojara
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
moreul geoya ama neon Here I am
Here I am yeogi Here I am
Here I am naega yeogie yeogi inneunde
nal da jwodo mojara
nal beoryeodo mojara
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
gateun jarieseo neol gidarilge
nal yokhaedo gwaenchanha
nal beoryeodo gwaenchanha
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
moreul geoya ama neon Here I am
moreul geoya ama neon Here I am

\\

Here I am
In this place, here I am
Here I am
I'm in this place, I'm here
Here I am
Now, I'm here
Now i'm in this place, I'm here
It's not enough for me, I'll show you that
I really love you
You may never know, but
Here I am
You may never know, but
Here I am

Selasa, 24 April 2012

Lirik "Hyun Bin That Man"


||Setiap hari pun tak habis untuk mendengar lagu ini|| :)


남자가 그대를 사랑합니
han namjaga geudereul saranghamnida
남자는 열심히 사랑합니다
geu namjaneun yolsimhi saranghamnida
매일 그림자처럼 그대를 따라 다니며
meil geurimjachorom geudereul ttara danimyo
남자는 웃으며 울고 있어요
geu namjaneun useumyo ulgo issoyo

얼마나 얼마나 너를
olmana olmana do noreul
이렇게 바라만 보며 혼자
irotge baraman bomyo honja
바람같은 사랑 거지같은 사랑
i baramgateun sarang i gojigateun sarang
계속해야 니가 나를 사랑하겠니
gyesokheya niga nareul saranghagetni

조금만 가까이 조금만
jogeumman gakkai wa jogeumman
다가가면 도망가는
han bal dagagamyon du bal domangganeun
사랑하는 지금도 옆에 있어
nol saranghaneun nal jigeumdo yope issoyo
남잔 웁니다
geu namjan umnida

남자는 성격이 소심합니다
geu namjaneun songgyogi sosimhamnida
그래서 웃는 법을 배워봅니다
geureso utneun bobeul bewobomnida
친한 친구에게도 못하는 얘기가 많은
chinhan chin-guegedo mothaneun yegiga maneun
남자의 마음은 상처 투성이
geu namja-eui maeumeun sangcho tusongi

그래서 남자는 그댈 사랑했대요 똑같아서
geureso geu namjaneun geudel nol saranghetdeyo ttokgataso
하나 같은 바보 하나 같은 바보
tto hana gateun babo tto hana gateun babo
한번 나를 안아주고 가면 안되요
hanbon nareul anajugo gamyon andweyo

사랑받고 싶어 그대여
nan sarangbatgo sipo geudeyo
매일 속으로만 가슴 속으로만
meil sogeuroman gaseum sogeuroman

소리를 지르며 남자는
sorireul jireumyo geu namjaneun
오늘도 옆에 있데요
oneuldo geu yope itdeyo

남자가 나라는 아나요
geu namjaga naraneun gon anayo
알면서도 이러는 아니죠
almyonsodo ironeun gon anijyo
모를거야 그댄 바보니까
moreuloya geudaen babonikka

얼마나 얼마나 너를
olmana olmana do noreul
이렇게 바라만 보며 혼자
irotge baraman bomyo honja
바보같은 사랑 거지같은 사랑
i babogateun sarang i gojigateun sarang
계속해야 니가 나를 사랑하겠니
gyesokheya niga nareul saranghagetni

조금만 가까이 조금만
jogeumman gakkai wa jogeumman
다가가면 도망가는
han bal dagagamyon du bal domangganeun
사랑하는 지금도 옆에 있어
nol saranghaneun nal jigeumdo yope isso
남잔 웁니다
geu namjan umnida

Lirik "When You Love Someone-Endah & Rhesa"


I love you but it's not so easy to make you here with me
I wanna touch and hold you forever
But you're still in my dream
And I can't stand to wait ‘till nite is coming to my life
But I still have a time to break a silence
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...

I used to hide and watch you from a distance and I knew you realized
I was looking for a time to get closer at least to say... “hello”
And I can't stand to wait your love is coming to my life
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...

And I never thought that I'm so strong
I stuck on you and wait so long
But when love comes it can't be wrong
Don't ever give up just try and try to get what you want
Cause love will find the way....
When you love someone
Just be brave to say that you want him to be with you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will loose your chance
To make your dreams come true...



Tersenyum Melihatmu Tertawa




Mendungnya langit menyelimuti suasana hati yang perih. Asal muasal rasa hati siapa yang bisa menyangka. Sama halnya dengan kisah percintaan pada umumnya, ada derita dan ada bahagia. Jika diawali dengan derita, mungkin akan diakhiri dengan bahagia, atau sebaliknya. Hari ini aku telah menipu diriku sendiri. Memakai persona (topeng) bahagia meskipun dalam diri ini menangis meronta-ronta. Sejak aku temui seseorang yang sangat menarik hati, semua luka lama terkubur oleh masa. Dia memang bukan  malaikat yang diturunkan Tuhan ke bumi. Dia hanyalah seorang lelaki biasa yang memegang teguh prinsip yang ia punya. Dia adalah laki-laki yang keras kepala. Pekerja tangguh dengan berjuta pujian yang orang lain berikan. Dia adalah orang yang optimis, selalu memandang sesuatu dengan positif dan penuh antusias.  Pengalaman baru adalah makanan yang selalu ia lahap. Kata belajar pun tidak pernah hilang dari kamusnya.  Dengan berbagai kelebihan skill tersebut, ia mendapatkan anugerah wajah rupawan juga. Hal yang paling mengesankan dari dirinya adalah susahnya membuat dia mengerti akan suatu rasa. Mungkin hal ini dikarenakan sikap dia yang selalu memposisikan orang lain dengan kedudukan dan tempat yang sama. Jadi “there is no special thing”. Singkat kata mungkin seperti itu.
Memang bukan suatu hak saya untuk menuntut perhatian yang lebih dari dia. Tetapi saya ingat dengan kata-kata Mario Teguh, motivator ternama di Indonesia, menyebutkan bahwa sakit hati yang paling menyakitkan adalah ketika orang yang kita sayangi, tidak mengetahui akan sayang kita pada dia.  Itu jauh lebih menyakitkan dari sekedar di tinggal pacar. Sebagai teman yang saat ini dekat dengan dia, terkadang saya ingin mencoba untuk mengetuk pintu hatinya agar dapat mengerti suatu rasa. Sejak beberapa bulan yang lalu, ada seorang gadis yang menaruh hati padanya. Dia sangat merasa bahwa separuh hatinya ada pada laki-laki ini. Setiap hari, si Gadis selalu bertanya dan memikirkan laki-laki ini. Memori si Gadis terkoneksi penuh dengan laki-laki ini. Dua puluh empat jam tidak pernah berhenti tersenyum dan tertawa ketika mengingat laki-laki ini. Kemanapun laki-laki ini pergi, si Gadis selalu mengikutinya seperti layaknya awan yang mengikuti perputaran bumi di siang hari.

My Friend and Her Story :)


Malam itu tak sama dengan malam – malam yang telah lalu. Malam itu begitu teringat jelas dalam ingatanku. Tanggal 26 oktober 2009, seingatku. Badanku lelah menyusuri sepanjang jalan kota kecil ini. Telah begitu lama kaki ini menapak meninggalkan jejak di sepanjang jalan yang telah ku lalui. Hanya demi mengejar seseorang yang kini memang aku tahu bahwa dia telah pergi. Semua hanya karena kebodohanku yang selalu tak mengira seberapa besar harapannya padaku. Namun aku malah selalu acuh tak peduli padanya. Dan kni saat dia telah pergi, aku tahu bahwa aku telah kehilangan orang yang paling berharga selama hidupku. Pikiranku melayang mengingat kejadian satu setengah tahun lalu kala aku bertemu dengan seorang laki – laki bernama Ahmad. Ku lihat dia tengah berdiri dengan wajah cemas seperti sedang menunggu seseorang di halte bus ini. Tak begitu lama aku memandangnya, aku tergugah untuk bertanya padanya. Apa yang hendak dilakukan seorang laki – laki bertubuh kekar di halte bus pagi – pagi begini? Selayaknya seorang siswa SMA yang bersekolah lumayan jauh dari rumah, aku memang selalu berangkat pagi betul dari rumah. Meskipun agak lama menunggu di halte bus, namun aku toh bias memanfaatkan waktu menunggu bus dengan menbaca – baca buku. Daripada aku berangkat kesiangan dan harus dihukum guru kala hendak mengikuti pelajaran.
“Maaf..Anda ini siapa ya? Kok saya tidak pernah melihat Anda di sini sebelumnya”. Tanyaku pada laki – laki yang sedang menggendong sebuah ransel besar di punggungnya itu.
“Oh..Saya sedang menunggu saudara saya yang tinggal di daerah sini, kebetulan saya ingin berlibur di daerah ini dan saudara saya yang hendak menjemput”. Jawabnya sopan. Aku kaget saat tahu kalau dia menjawab pertanyaanku tadi. Ternyata laki- laki itu sopan, meskipun badannya kekar dan Nampak seperti orang yang acuh tak acuh. Dari caranya berpakaian memang Nampak kalau dia seumuran denganku, tapi kalau melihat tubuhnya yang kekar dan tinggi besar, mungkn sebagian orang akan berpendapat bahwa dia adalah seorang remaja urakan yang suka mangkal di pasar.
Sorot matanya begitu memikat. menunjukkan salah satu keindahan ciptaan Tuhan. Apalagi senyumnya, begitu mempesona. Sungguh tak ku kira kalau ada malaikat yang turun di pagi buta begini.
“Saya Ahmad,,kalau kamu?”
“Aisyah” jawabku singkat karena aku tak tahu harus berkata apa lagi. Aku begitu menyukai tampilan luar laki – laki ini.
“Anak SMA ya?” tanyanya lagi. Aku tidak menyadari bahwa sedari tadi belum juga ku lepaskan jabat tangan deang laki –laki ini. Tanganku merasakan kehangatan dari genggaman tangannya. Lalu ku tarik tanganku pelan dan meminta maaf padanya.
“Huum,, baru kelas tiga ini. Kalau kamu?”
“Aku kuliah, semester 2, kuliah di Universitas Diponegoro jurusan Akuntansi. Kebetulan ni lagi libur, jadi ya pengen refresing di sini.”
Oh ternyata benar, dia memang seumuran denganku. Paling – paling selisih satu tahun. Dari caranya berpakaian memang tak Nampak kalau dia seorang anak kuliahan namun dari caranya berbicara yang ngalor – ngidul, menunjukkan seberapa luas pengetahuannya. Dan dari caranya berbicara pun selalu memkirkan baik buruknya. Sungguh penuh kehati – hatian. Sudah hampir seperempat jam aku bercakap dengannya. Bus menuju sekolahanku telah sampai. Dengan terpaksa aku harus meninggalkan si cowok ganteng dengan sejuta keindahan yang memikat hatiku.
“Aisyah….boleh minta nomor handpon kamu?”tanyanya sembari mengeluarkan handpon dari saku celananya.
“Iya..” ku sebutkan nomor handponku dan diikuti jari – jarinya memencet tombol pada keypad handpon.
“Terima kasih, nanti aku boleh telpon kamu kan?”tanyanya ketika aku hendak menaiki tangga bus mini yang akan mengantarku ke sekolah itu.
“iya… asal tidak ganggu jam sekolahku saja”aku melambaikan tanganku dan bus pun berjalan meninggalkan cowok yang telah memikat hatiku pagi ini. entah takdir akan mempertemukan kami lagi atau tidak, tapi aku harap, suatu saat aku bisa bertemu dengannya dan berbincang banyak lagi tentang hal – hal yang menarik perhatianku.


Keegoisanku dalam memaknai (ini)


              Aku seperti pohon yang layu di depan kamar kosku. Tak tahu harus seberapa lama  bercakap dengan bunga itu agar ia tak tertunduk bahkan layu. Ya, ,saat ini aku merasa seperti dia. Aku merasa benar-benar layu bahkan tak tahu bagaimana dan apa yang bisa membuatku kembali berdiri tegak.
                Aku layu karena aku tak tahu bagaimana cara menarik kembali masa lalu dan tak tahu pula  bagaimana menarik masa depan. Masa kini adalah hal sepi yang aku lalui. Serasa hanya ada aku dan pemikiran-pemikiran kerasku. Tak ada keluarga yang dulu mendukungku. Tak ada lagi teman yang selalu menyapaku. Yang tersisa hanya aku dan harapanku bahwa itu akan kembali. Kembali pada saat aku merasa dunia ini ceria sekali. Orang tua saja tak ada, apalagi kawan. Mereka berada pada rotasinya masing-masing. Mereka mengitari kesibukan mereka dan aku pun tak berada di rotasi itu. Aku hanya bagian dari angkasa luar yang turut menyaksikan hal itu. Ya sudahlah. Aku hanya akan menjadi angin yang membantu mereka kembali ke tepi. Atau aku dapat pula menjadi ombak yang membuat mereka tergerak.
              Tak tahu lagi kenapa semua menjadi titik di luar lingkaran besar yang tergambar. Akau hanya menjadi bagian terluar dari diri mereka. Aku merasa bahwa dunia ini laksana sebuah film dimana ada banyak karakter yang berada di dalamnya. Mungkin saat ini aku hanya akan menjadi stuntwoman yang hanya akan dibutuhkan pada waktu yang tak tentu. Sungguh suatu hal yang aku anggap suatu keegoisan.
        Aku bahkan tahu apa yang mereka pikirkan. Mereka ingin optimal dalam tugas mereka. Dan memang siapapun di dunia ini akan selalu mencari orang lain jika memang dia membutuhkan. Aku juga sadar bahwa aku berada dalam egoism ku sendiri ketika aku menganggap mereka adalah orang yang egois. Aku terlalu banyak mengkritik dan berharap pada orang lain sehingga aku menjadi orang yang egois dengan menganggap orang lain egois.
        Ketika aku merasa bahwa tidak ada orang yang peduli, justru menunjukkan akan ketidakpedulianku pada orang-orang yang peduli.
 


Senin, 23 April 2012

Desa Mandiri BEM UI



Kami memulai berdoa jauh-jauh hari sebelum hari ini menyapa. Tak hanya doa yang menjadi pelengkap rangkaian langkah kami, ada pula percik-percik harap yang turut membumbui setiap warna yang kami lukiskan. Rumusan konsep hingga mekanisme teknis telah kami coba rumuskan secara operasional agar dapat teramati dengan jelas. Dari kumpul bareng hingga sms-an bareng telah menjadi ritual kami sehari-hari. Handphone serta kotak masuknya telah menjadi saksi betapa kami berjuang untuk kelanjutan program ini.
|Handphone jadi saksi|
Desa Mandiri Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia 2012 atau disingkat DesMan BEM UI 2012 adalah suatu program kerja yang bernaung di bawah Departemen Sosial Kemasyarakatan (SOSMAS) BEM UI. Program ini mewadahi mahasiswa yang haus akan kontribusi untuk dapat menyalurkan kompetensi serta mendapatkan kucuran pengetahuan dari masyarakat secara langsung. Mencicip kenikmatan “kebersamaan” yang tertuang sebagai pemberdayaan masyarakat berbasis community development. Jika anda adalah generasi muda yang ingin berkontribusi kepada suatu komunitas, mungkin dapat turut mencicip “kontribusi” bersama kami.
|. . .dapat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat|
Terkadang pernah terlintas dalam benak saya, “untuk apa mensejahterakan orang lain sementara saya saja belum sejahtera”. Saya merasa perkataan tersebut adalah kesalahan terburuk yang sering saya lakukan selama ini. Saya mungkin saja dirajai oleh “egoism” yang sebenarnya tak membawa saya kemana-mana. Persepsi bahwa saya kurang beruntung itulah yang terkadang menghambat saya untuk turut serta dalam kegiatan sosial. Pemikiran munafik tersebut lenyap tersapu oleh keingintahuan saya serta keinginan saya untuk dapat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat.  Saya ingin menjadi kursi roda yang dapat berjalan meskipun dengan kecepatan rendah. Sungguh saya tidak lagi ingin menjadi “kursi goyang” yang menenangkan namun tak bergerak kemana-mana. Suatu kebahagiaan jika saya dan teman-teman yang lain dapat berbagi perasaan yang sama tentang arti sebuah kata “kebermanfaatan”.
|FPT jalan menuju kontribusi secara penuh|
Kami berada di bawah sebuah payung yang diam-diam meneduhkan. Sebut saja Udin atau Nafian (Teknik Bioproses 10) yang mendapat pujian hangat dari Abang atau Ananda (Psiko UI 10). Beliau adalah CaPO DesMan 2012 dimana bersama dalam satu tim, kami mengikuti Fit and Proper Test (FPT) sebagai pembekalan awal serta tes kompetensi dalam memahami konsep serta teknis terkait Desa Mandiri. Beliau benar-benar selalu memenuhi kotak masuk kami dengan kata-kata “unyu” nya. Beliau menjadi seorang “leader” namun tetap mau menjadi “anggota” yang turut berperan aktif dalam setiap pertanyaan dan isu-isu yang sering diungkit di dalam tim. Sukses selalu Pak CaPo.
|Inilah kami yang tampil dalam sebuah FPT di Lt 2 Pusgiwa UI|











Big thanks to: Ara, Kurona, Kak Niko, Kak Odi, anak2 PSDM & SPI BEM

Minggu, 22 April 2012

Masih Mencoba Ikhlas


Minggu, 22 April 2012
Malam ini sekedar menjadi tamparan untuk diriku sendiri. Menemukan sebuah insight dalam suatu keadaan emosi yang labil memang bukan hal yang mudah bagi saya. Terlepas dari ketidakmampuan saya menyimpan kekecewaan yang begitu bodoh. Sebuah cuplikan ayat yang benar-benar mengetuk hati saya malam ini adalah
|“. . . . Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui” Q. S. Al-Ma’idah(5) ayat 54.|
Teringat kejadian 1 minggu yang lalu, ketika saya hendak membalas kebaikan seorang teman saya dengan sebuah hal kecil yang saya usahakan dengan sepenuh hati. Saya memang hanya membuat sebuah kue brownies dengan member tambahan coklat serta keju di atas kuwe tersebut.  Sedikit taburan warna-warni permen menyusun sebuah kata yang menunjukkan namanya. Tak ada maksud apa-apa ketika aku membuat semua itu. Dari niat untuk membuat hingga jadi sebuah kue selalu aku awali dengan “Lillahi Ta’ala”.  Setiap detail yang ada di kue tersebut saya susun dengan harapan sesuai dengan yang dia suka dan tidak terbuang sia-sia. Sebuah mug kecil bergambarkan foto bersama teman-teman menghiasi mug menemani kue tersebut. Tambahan sebuah kado kecil adalah buku yang “Subhanallah” mengetuk hati. Buku tentang bagaimana menjadi seorang manusia sepenuhnya dengan cara-cara menghargai orang lain. Sungguh manis menurut saya.
|Ketika niat itu dilihat sebelah mata oleh orang lain|
Setelah 11 hari berlalu, saya masih belum menemukan logika yang tepat untuk menjawab kekecewaan saya tadi. Dalam kekecewaan yang saya bangun sendiri, saya merasa menjadi orang bodoh yang mengijinkan dendam melumpuhkan logika saya. Gejolak antara pelimpahan kesalahan semakin menjadi dengan adanya suara-suara hati yang ingin menemani. Ingin sekali aku bercerita atau sekedar menulis apa yang sedang saya rasakan, tetapi rasa sakit dan perih masih saja mengganjal di dalam hati saya. Berharap hanya Tuhan yang mendengar jeritan serta tangisan saya.
|Jujur, saya menunggu permintaan maafmu, tapi ternyata itu bukan kesalahanmu|
Rasanya saya ingin mengulur waktu sampai saya siap untuk menerima tamparan yang lain lagi. Betapa egoisnya saya, terkadang berfikir dan mengharap dia meminta maaf kepada saya. Dibalik kebimbangan logika yang menyebabkan saya bertindak emosional adalah anggapan bahwa dia “sengaja” melakukan itu untuk menyampaikan pesan yang mungkin sampai sekarang saya tidak mau memikirkan itu. Saya terus berfikir dan selalu meyakinkan diri saya sendiri bahwa ini semua bukan kesalahan dia karena dia pun tak mengharap saya melakukan apapun untuknya. Tetapi kenapa niat saya untuk menghargai dia terluka oleh sikap cuek dan acuh yang dia berikan.
|Tuhan memberi banyak kebaikan pada hamba-Nya|
Tuhan telah memberikan banyak sekali kebaikan pada hamba-hamba-Nya. Bahkan mungkin ia tak berharap kata “maaf” keluar dari mulut hamba-Nya yang tega membuang pemberian-Nya. Tuhan yang Maha Melihat bahkan menyaksikan bagaimana pemberian-Nya di buang dan bahkan dicerca. Logika ini yang aku dapatkan mala mini. Aku yang hanya mencoba memberi suatu kebaikan, dengan usaha yang mungkin juga terbatas, sudah pantang menyerah dan kecewa hanya karena dia punya kegiatan lain yang mugnkin tak bisa ditunda.
|Ketika tangisan hati lebih pedih dari sekedar tetes air mata|
Saya sadar bahwa saya sedang menangis, tapi bukan tangisan air mata yang menemani saya memikirkan semua ini. Pemikiran yang kalang kabut serta hati yang terus-terusan menjerit tanpa ada tempat untuk katarsis membuat saya semakin merasa lemah dengan kondisi yang saya buat sendiri. Saya “kecewa” karena dia sama sekali tak menghargai teman saya bahkan hanya dengan membalas sms saja, dia tak mau. Entah apa yang ada dalam pikirannya, saya mencoba untuk menerka semua itu. Mencoba ikhlas melupakan “kekecewaan” karena sebuah ucapan yang tak dipegang teguh oleh si “pengucap” itu sendiri.
|Saya berada di pertengahan jalan untuk membenci dan memaafkannya|
Saya tersadar bahwa ketika saya masih menunggu permintaan maafnya, maka hal itu akan menjadi hal terbodoh dalam hidup saya. Memaafkan sebelum orang lain meminta maaf ternyata lebih indah dari sekedar menunjukkan kesalahan orang lain sehingga dia meminta maaf. Subhanallah. Semoga jalan Allah terbuka bagi orang-orang yang mau memaafkan. 

Merangkai Kata Menjadi Sebuah Keluarga


Bertambah satu lagi kekagumanku pada makna dari kata “keluarga”. Ternyata, keluarga bukan suatu hal yang telah ada pada diri kita. Dibutuhkan usaha untuk mengerti arti kata sebuah “keluarga”. Pemahaman kita terhadap “keluarga” bukanlah suatu bentukan realitas semata, tetapi hasil persepsi kita terhadap makna kata tersebut. Bisa saja kita berada dalam suatu ruang lingkung yang menyebut diri mereka “keluarga” tetapi di dalamnya terdapat aturan-aturan serta struktur yang ketat dan mengikat. Hari ini, Minggu, 22 April 2012, aku memaknai keluarga dengan sangat sederhana sekali.
|Keluarga bukanlah suatu keterikatan aturan tetapi kebebasan mencurahkan semua kondisi namun tetap dalam segi etis.|
Komunitas Mahasiswa Pati Universitas Indonesia memang bukanlah suatu keluarga inti yang terbentuk karena ada keterikatan darah, tetapi dibentuk oleh kehausan kami akan wadah manifestasi kekaguman kami pada tanah kelahiran kami. Di KOMPI UI, sebutan khas yang kami gaungkan, kami dapat bertukar pikiran, bercerita, menyusun misi serta sekedar bercanda dengan keluarga yang akan sangat hangat. Kehangatan kami ini mungkin saja hanya akan ada ketika kami berkumpul, karena kami pun disibukkan dengan kegiatan primer kami dalam kuliah. Tetapi dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya tahu betul bahwa saya menciptakan kehangatan “keluarga” dalam setiap memori yang saya rangkai dengan setiap kognisi yang telah ada sebelumnya.
|Rangkaian memori ku membentuk makna dari “keluarga” secara lebih jelas lagi|
Pagi ini, tepatnya pukul 5.00 aku terbangun oleh suara alarm. Meskipun baru tidur pukul 2 dini hari, tetapi demi mencari sedikit uang atas nama KOMPI UI, saya, Mba Rizma (Sastra Indonesia UI 09), Wahyu (Fisika UI 10) telah siap pada pukul 6 pagi. Tepat pukul 6.15 kami telah menggelar lapak di pinggir jalan Juanda, Depok. 2 buah jas hujan dan sebuah x-banner bekas milik Mba April (Teknik Lingkungan UI 09), telah siap untuk ditimpa baju bekas yang berhasil aku kumpulkan semalam dari anak-anak KOMPI UI. Kami menata baju bekas yang jumlahnya memang tidak terlalu banyak, namun cukup untuk latihan awal kami. Dengan senyum ceria serta muka “melas” kami menawarkan baju-baju tersebut serta beberapa gorengan yang sempat kami beli di Detos. Selesai merapikan baju-baju, Mba Rizma dan Wahyu berjalan menjajakan gorengan dan air mineral sedangkan saya menjaga baju-baju tadi. Alhamdulilah setelah 30 menit menggelar lapak, terjual 4 baju seharga 5 ribu rupiah untuk masing-masing kaos. Pulang dengan tangan hampa, saya kemudian mengajak Mba Rizma untuk menjual gorengan di Balairung dan Rotunda UI.
|Manis di awal dan akhir, sepah ditengah|
Gorengan yang kami bawa dengan sepenuh tenaga hanya laku di awal dan akhir dari penjualan kami seteleh hampir 1 jam berkeliling Rektorat. Dari pada kami hanya diberi harapan palsu oleh orang-orang yang bilang “nanti aja Mbak J”, kami berdua memutuskan untuk razia kekosan anak-anak KOMPI UI di kukusan teknik. Saya meminta Mba Rizma untuk memilih siapa target pertama razia kali ini. Mba Rizma dengan antusias mengatakan “Mas Jo”. Kami melaju di atas dua roda dengan kecepatan standar. Beberapa menit kemudian tampak “sesepuh” KOMPI dengan muka curiga menatap kami. Alhamdulilah 13 ribu rupiah keluar dari dompet Mas Jauhar (Fisika UI 08) ketika ia membeli beberapa kue untuk saudara seperjuangan di KOMPI UI yaitu Mas Riko (Ilmu computer UI 09) dan Mas Harnoko (Matematika UI 09). Mas Dana (Kimia UI 09) masih tak beranjak dari peraduannya ketika kami disana. Target kedua yaitu Septa (Manajemen UI 11) yang mengeluarkan 10 ribu untuk beberapa gorengan kami.
|Semua bukan karena uang dan makanan, tetapi kebersamaan|
Pukul 10 tepat kami tahu bahwa uang hari ini ada 66 ribu rupiah dari hasil jualan baju dan gorengan. Rasanya aku pengen meluapkan kesenanganku dengan teriak-teriak “I Love U KOMPI” tetapi aku takut Mba Rizma dan Wahyu akan malu karena itu. Perjuangan kami terbalaskan dengan pencurahan rasa cinta serta pengorbanan kami agar KOMPI UI tetap eksis. Kami tak mau KOMPI hanya menjadi bagian dari kenangan masa lalu yang akan tersapu oleh reformasi organisasi yang semakin menjamur. Keluarga bagiku adalah suatu wadah untuk saling “memberi” tanpa berharap mendapatkan “kembalian” dari yang kita berikan.
|Keluarga akan muncul menjadi “puzzle” yang bisa kamu rangkai dalam jalan hidupmu |
Thanks to: Mba Jumiatun (Sastra Jerman UI 08), Mba Titik (Administrasi Negara UI 08), Mas Bhisma (Teknik Sipil UI 09), Septa (Manajemen UI 11) dan Mba April (Teknik Lingkungan UI 09) yang telah memberikan baju layak pakainya untuk KOMPI UI. InsyaAllah pemberianmu akan menjadi saksi kontribusimu pada “KOMPI UI”
Big Thanks to: Mbak Rizma (Sastra Indonesia UI 09) dan Wahyu (Fisika UI 10) yang rela terpapar sinar matahari berjam-jam serta menahan rasa lelah.
|Mereka adalah orang tangguh yang terus berlari hingga “kelelahan” lelah mengikuti mereka.|

Selasa, 17 April 2012

Peluk Aku Sekali Lagi

Peluk aku,
karena hanya itu yang membuatku tenang


Peluk aku, 
lebih lama lagi


Aku tak tahan,
melihat kejamnya dunia ini Ibu,


Aku sudah terjatuh
dalam jeratan kasih yang membelenggu
mimpi hanyalah sekedar simbol
manifestasi ketakutan akan khayalan


Mimpi-mimpi itu menjadi temanku
skenario cerita menjadi hidupku
kepahitan dan akhir yang sedih menjadi tantanganku


Tapi kini, aku hanya bisa marah pada diriku sendiri
penyelasan akan kesetiaan
penyesalan akan suatu rentetan perbuatan

Translate